Film berhasil menyampaikan esensi cerita cinta ringan yang mudah diterima oleh penonton luas, meskipun harus mengorbankan kompleksitas emosi yang terdapat dalam novel.
Secara keseluruhan, perbedaan antara novel dan film Mariposa menunjukkan bahwa proses alih wahana melibatkan adaptasi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga interpretatif.
Novel unggul dalam pendalaman karakter dan proses emosional yang bertahap, sedangkan film menekankan efektivitas visual, humor, dan romantisasi cerita.
Keduanya menghadirkan pengalaman yang berbeda, namun saling melengkapi dalam memahami kisah Mariposa dari sudut pandang dua medium yang berbeda.***
Artikel ini merupakan resensi yang ditulis oleh Risma Nurullita, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang