peristiwa

Baret Biru Indonesia Siap Dikirim ke Gaza: Misi Kemanusiaan, Bukan Perang

Minggu, 5 Oktober 2025 | 20:39 WIB
TNI siap diberangkatkan ke Gaza untuk jaga perdamaian di bawah bendera PBB. (BPMI Setpres)


(KLIKANGGARAN) — Sejumlah prajurit Indonesia menyatakan kesiapan mereka untuk diberangkatkan ke Gaza sebagai bagian dari misi perdamaian di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mereka menegaskan, kehadiran pasukan Indonesia bukan untuk berperang, melainkan membawa misi kemanusiaan dan menjaga keamanan warga sipil.

Letda Laut Kesehatan Lia Aliyah, 25 tahun, mengaku sangat terhormat apabila dipercaya menjadi bagian dari pasukan perdamaian tersebut.

“Pikiran pertama saya yaitu, tentunya saya akan rasa sangat bangga dan suatu kehormatan bagi saya. Karena hal ini tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama seperti saya,” ujar Lia saat ditemui di kawasan Monas dalam momen HUT TNI ke-80, Minggu (5/10).

Baca Juga: 5 Fakta Crash Brutal Marc Marquez di MotoGP Mandalika 2025: dari Kutukan Mandalika hingga Dugaan Cedera Bahu Kanan

Ia menambahkan, penugasan itu adalah amanah besar yang menuntut kesiapan mental dan fisik.

“Kemudian ini juga suatu amanah yang besar untuk saya. Sehingga saya harus mempersiapkan diri. Mulai dari mental, fisik, dan sebagainya. Karena kami juga di sini untuk melindungi masyarakat sipil, menciptakan keamanan dan juga masa damai untuk masyarakat,” tambah Lia.

Bagi Lia, kepercayaan masyarakat lokal adalah kunci keberhasilan misi perdamaian.

“Menurut saya, tantangan paling besar bagi kita, pasukan perdamaian Indonesia yaitu membangun rasa kepercayaan dari masyarakat lokal. Tanpa adanya rasa kepercayaan itu, kita sebagai pasukan perdamaian Indonesia tidak akan berjalan secara efektif,” katanya.

Baca Juga: Tragedi Al Khoziny Hari ke-7: 37 Korban Tewas, Mobil Mercy Ditemukan di Reruntuhan, Mimbar Musala Masih Berdiri

Hal senada disampaikan Sertu Kowad Cut Fadila Arsya, 27 tahun, dari Bagian Operasi Perencana Satgas. Ia menegaskan motivasi utama prajurit Indonesia adalah nilai kemanusiaan dan profesionalisme.

“Nilai yang kami ambil adalah tanggung jawab kemanusiaan dan profesionalisme sebagai prajurit yang ditugaskan dalam perdamaian negara,” ujarnya.
“Prajurit bukan hanya sekadar mengabdi pada negara, tetapi kepada manusia — terutama negara yang memiliki konflik seperti Gaza, yang membutuhkan keamanan dan kepedulian, merangkul masyarakat dari kami sebagai prajurit,” tambah Cut Fadila.

Sementara itu, Kopral Dua Hari Puro, 36 tahun, juga menyatakan kesiapannya bila sewaktu-waktu ditugaskan. Ia menegaskan bahwa misi perdamaian berbeda dengan operasi militer.

Baca Juga: Cedera Belum Pulih Total, Kluivert Pertimbangkan 3 Striker Pengganti Ole Romeny di Timnas Indonesia

“Baik, secara mental dan emosional kami tanamkan sejak dini bahwasanya tugas ke depan itu bukan operasi militer, melainkan tugas kemanusiaan,” ujarnya.
“Bukan mengalahkan musuh sebagai prioritas kami, tetapi melindungi warga sipil sebagai prioritas kami. Dan itu tentunya membutuhkan kesabaran dan juga kekuatan menahan diri,” lanjut Hari Puro.

Halaman:

Tags

Terkini