peristiwa-internasional

Kerusuhan Nepal 2025 Dipandang Sebagai Luka Lama Monarki yang Belum Usai Sejak Tragedi Istana 2001 hingga Transisi ke Republik

Sabtu, 13 September 2025 | 18:49 WIB
Melihat jejak sejarah sistem pemerintahan Nepal usai aksi demonstrasi besar berujung kerusuhan di Kathmandu ( (Unsplash.com/Binaya))

(KLIKANGGARAN) – Kerusuhan besar yang melanda Kathmandu, Nepal, pada 8 September 2025 menewaskan 19 orang dan melukai ratusan lainnya.

Bentrokan antara aparat dengan generasi muda yang menuntut perubahan segera berujung krisis politik, hingga Perdana Menteri KP Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel mengundurkan diri sehari setelahnya.

Para analis melihat, tragedi terbaru ini bukan peristiwa tunggal. Huru-hara tersebut dianggap sebagai refleksi dari luka sejarah panjang Nepal sejak tumbangnya monarki hampir dua dekade lalu.

Baca Juga: Jokowi Dukung DPR Bahas RUU Perampasan Aset, Sebut Pemerintahannya Tiga Kali Kirim Surat Desakan Sejak 2023

Tragedi 2001: Pukulan Besar untuk Monarki

Menurut catatan Britannica, titik balik terjadi pada Juni 2001 ketika Putra Mahkota Dipendra membunuh Raja Birendra beserta delapan anggota keluarga kerajaan.


“Peristiwa itu mengguncang Nepal, tidak hanya karena hilangnya raja, tetapi juga karena cara tragis yang meruntuhkan kepercayaan rakyat pada monarki,” tulis Britannica (13/9/2025).

Penggantinya, Raja Gyanendra, justru memperburuk situasi dengan mengambil alih kekuasaan pada 2005 dan memicu protes besar.

Baca Juga: Jokowi Pilih Tahan Komentar soal Reshuffle Budi Arie, Tegaskan Itu Hak Prerogatif Prabowo dan Janji Segera Bertemu Ketua Projo

Gelombang demonstrasi 2006 memaksanya mengembalikan parlemen, sebelum akhirnya perjanjian damai dengan Maois diteken setahun kemudian.

2008: Republik Baru, Masalah Lama

Al Jazeera melaporkan, pada 2008 Nepal resmi menghapus monarki dan mendeklarasikan diri sebagai republik demokratis.

Namun, sistem baru itu tak membawa stabilitas. Nepal terus diguncang krisis, mulai dari gempa besar 2015 hingga dampak pandemi Covid-19. Sebagian rakyat bahkan mulai merindukan monarki sebagai simbol persatuan.

Baca Juga: Mahfud MD Nilai Reshuffle Belum Final, Prediksi Prabowo Kembali Rombak Kabinet Oktober karena Banyak Pejabat Tak Kompeten

Halaman:

Tags

Terkini