peristiwa-internasional

Ironi Ketimpangan di Nepal: Demo Besar, Rumah Mantan PM Dibakar, 10% Orang Kaya Raup Tiga Kali Lipat dari Warga Termiskin

Kamis, 11 September 2025 | 07:35 WIB
Menyoroti ironi ketimpangan ekonomi di balik aksi demonstrasi warga Nepal yang kini berujung kekacauan. ( (Unsplash.com/SagarRara))


(KLIKANGGARAN) - Nepal diguncang kerusuhan besar setelah aksi protes massal meledak di kawasan Gedung Parlemen, Kathmandu, pada Rabu, 10 September 2025.

Dalam aksi tersebut, amarah massa menyeret rumah mantan Perdana Menteri Nepal, Sharma Oli, menjadi sasaran pembakaran. Insiden itu membuat Oli menyatakan mundur sehari sebelumnya, Selasa, 9 September 2025.

Tidak berhenti di situ, kantor kepresidenan dan gedung parlemen juga luluh lantak akibat kemarahan warga.

Gelombang demonstrasi ini memperlihatkan kekecewaan rakyat terhadap pemerintah yang dianggap gagal memberantas korupsi serta mengatasi jurang ketimpangan sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Inilah yang akan dilakukan Menkeu Purbaya: Tarik Rp200 Triliun dari BI untuk Perbankan Demi Pertumbuhan Kredit dan Lapangan Kerja

Awalnya, protes dipicu tuntutan pencabutan blokir media sosial. Namun, isu tersebut melebar hingga menyoroti kesenjangan kesejahteraan yang kian menyesakkan.

Mengutip laporan Reuters, Rabu, 10 September 2025, satu dari lima warga Nepal hidup dalam kemiskinan. Lebih dari 20 persen dari 30 juta penduduknya kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.

Sementara itu, Bank Dunia mencatat 10 persen penduduk terkaya memiliki penghasilan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 40 persen penduduk termiskin.

Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Pilu Sri Mulyani: Rumah Dijarah, Kecewa Disejajarkan dengan Sahroni Hingga Lepas Kursi Menkeu

Data tersebut menunjukkan betapa tajamnya ketimpangan ekonomi di negara pegunungan itu.

Situasi makin pelik bagi kaum muda. Berdasarkan laporan Bank Dunia 2022–2023, tingkat pengangguran usia 15–24 tahun mencapai 22 persen.

Bahkan, banyak dari mereka yang meski sudah lulus pendidikan tetap kesulitan memperoleh pekerjaan layak.

Baca Juga: Pelajar di Luwu Utara Dilatih Jadi Pengusaha Sukses dan Berjiwa Entrepreneur

"Mengingat tingkat pekerjaan yang rendah ini, seorang anak yang lahir hari ini di Nepal diperkirakan hanya akan mencapai 18 persen dari potensi produktivitasnya," tulis laporan Bank Dunia.

Hambatan lain datang dari terbatasnya penciptaan lapangan kerja, dominasi sektor informal, hingga rendahnya partisipasi perempuan di dunia kerja.

Halaman:

Tags

Terkini