KLIKANGGARAN -- Ketika konflik dengan Ukraina masih berlangsung, Rusia dilaporkan akan mulai memproduksi secara massal bom udara luncur baru tahun ini.
Bom udara luncur ini mengalami fase pengembangan yang berlarut-larut. Tetapi, senjata ini terbukti sangat sukses dalam konflik Ukraina, di mana militer Rusia melengkapi bom-bom tua dengan peralatan yang lebih canggih.
Bom udara luncur baru baru tersebut, PKB-500U Drel (‘bor’ dalam bahasa Rusia), telah menyelesaikan semua uji coba, kata raksasa pertahanan Rostec pada hari Rabu, seperti dikutip oleh TASS.
Beberapa uji coba bom udara luncur baru tersebut dirahasiakan karena dilakukan di lingkungan pertempuran konflik Ukraina, kata pernyataan itu.
“Bagian seri pertama dari bom udara Drel direncanakan pada tahun 2024,” tambah laporan itu.
Bom udara luncur baru adalah jenis senjata yang relatif murah yang menggunakan sirip untuk memperluas jangkauannya, namun tidak seperti rudal, bom ini tidak memiliki mesin yang mahal.
Bom udara luncur baru masih bisa dijatuhkan oleh pesawat tempur yang terbang tinggi tanpa memasuki jangkauan sistem pertahanan udara musuh jarak pendek. Varian modern juga biasanya dilengkapi dengan sistem panduan untuk memastikan akurasi.
Di tengah konflik dengan Ukraina, Rusia meluncurkan produksi massal perangkat pemutakhiran yang dapat mengubah model lama yang disimpan di gudang senjatanya menjadi bom terbang.
Media Barat mengatakan senjata-senjata ini merupakan ancaman besar bagi pasukan garis depan Ukraina.
Drel dikonsep pada tahun 1990an, namun pengembangan aktif dimulai jauh setelahnya – infrastruktur ruang angkasa yang diperlukan belum tersedia tiga dekade lalu.
Ia menggunakan sistem navigasi satelit Glonass untuk penargetan. Tahap penelitian dan pengembangan utama dilaporkan selesai pada tahun 2016, namun uji lapangan ditunda.
Bazalt, laboratorium teknik pertahanan yang mengembangkan Drel, menyebutnya sebagai senjata cluster yang canggih.