“Lalu, saat saya berdiri di depan televisi jutaan orang di seluruh dunia dan para pemimpin penting di aula, teleprompter saya tidak berfungsi. Saat itu gelap,” katanya.
Ia menambahkan, “Saya langsung berpikir, ‘Wow, pertama kejadian eskalator dan sekarang teleprompter yang buruk.
Tempat macam apa ini?’ Dan saya kemudian melanjutkan untuk pidato tanpa teleprompter selama 15 menit kemudian. Kabar baiknya adalah pidato saya mendapatkan review yang fantastis.”
Menurut Trump, tidak semua orang bisa melanjutkan pidato tanpa teleprompter, namun dirinya berhasil dan mendapat ulasan positif.
Audio Hilang saat Pidato
Trump juga menyinggung masalah ketiga, yakni hilangnya audio ketika dirinya berbicara di podium.
“Ketiga, setelah pidato, saya diberitahu bahwa suara itu benar-benar tidak terdengar di auditorium tempat pidato dilakukan, bahwa para pemimpin dunia, kecuali mereka menggunakan earphone para penerjemah, tidak bisa mendengar apa-apa,” jelasnya.
Ia bahkan menuturkan percakapannya dengan sang istri usai pidato.
“Orang pertama yang saya lihat pada akhir pidato itu adalah Melania, yang duduk tepat di depan. Saya berkata, ‘Bagaimana yang saya lakukan?’ Dan dia berkata, ‘Saya tidak bisa mendengar apapun yang kamu katakan,’” ungkapnya.
Desak PBB Selidiki
Trump menegaskan rangkaian insiden itu bukan kebetulan, melainkan bentuk sabotase berlapis.
“Mereka seharusnya malu pada diri mereka sendiri. Saya mengirim salinan surat ini ke Sekretaris Jenderal, dan saya menuntut penyelidikan segera,” tegasnya.
Trump juga meminta rekaman keamanan eskalator diamankan dan memastikan Secret Service akan ikut terlibat.
Artikel Terkait
Drama Mikrofon Mati di Sidang PBB, Pesan Pro Palestina Erdogan, Prabowo, dan Carney Tetap Bergema Meski Gangguan Muncul
Pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB: Seruan Palestina Merdeka, Ketahanan Pangan hingga Komitmen Perdamaian Dunia
Prabowo di PBB: Perdamaian Palestina–Israel Baru Terwujud Jika Semua Pihak Saling Menghormati dan Keamanan Dijamin
Masih tentang Pidato Prabowo di PBB: Titiek Soeharto Terharu, Cak Imin Bandingkan dengan Bung Karno hingga Sentuhan Nelson Mandela