“Kita menggunakan teknik cauter (laser) lem. Prosesnya tentu lebih cepat dibanding kita memakai metode konvensional. Kami prediksi, dari 100 peserta, insya Allah, dhuhur nanti semuanya sudah selesai dikhitan,” beber Midarwati.
“Satu anak itu, kita hanya butuh 10 menit selesai. Ini kalau normal, jika tidak ada yang rewel atau menangis. Dan saya kira, tidak ada kendala soal itu. Salah satu kelebihan metode ini ialah tak ada rasa nyeri, sehingga mereka lebih tenang jalani proses khitan,” sambungnya.
Kelebihan lain dari khitan lem, lanjut dia, nyaris tak ada pendarahan, sehingga pemulihannya bisa lebih cepat.
“Selesai ini mereka bisa memakai celana khusus, dan melakukan aktivitas normal kembali, tetapi harus hati-hati juga beraktivitas,” ucapnya mengingatkan.
Sekadar diketahui, para praktisi yang melakukan khitanan massal ini berasal dari PPNI Luwu Utara, dan komunitas Khitan Lem Nusara (KLN).
Yang disebut terakhir merupakan komunitas khitan yang terdiri dari para praktisi se-Tana Luwu, Wajo, dan Enrekang. (LHr)