Terlebih, wilayah sekitar Gaza seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon selama ini telah menampung banyak pengungsi Palestina akibat konflik yang berkepanjangan.
Baca Juga: Dari Palu ke Korea, Abdy Azwar Eks Reporter TV Indonesia Kini Jadi Anchor di KBS News
Pada awal tahun 2025 lalu, Presiden Trump sempat membawa narasi pembangunan kawasan elite di Gaza pasca relokasi warga.
Saat itu, Trump membayangkan wilayah tersebut akan disulap menjadi kawasan pesisir mewah yang dijulukinya sebagai 'Riviera of the Middle East'.
"Sesuatu yang baik akan terjadi," sesumbar Trump dikutip dari AFP dalam artikel yang tayang pada Februari 2025 lalu.
Kendati demikian, pernyataan dua tokoh ini telah memicu respons beragam dari komunitas internasional dan pegiat kemanusiaan.
Banyak pihak menilai rencana relokasi warga dari tanah kelahiran mereka justru akan memperburuk krisis kemanusiaan dan melanggar prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Hingga kini, perwakilan Israel tengah berada di Qatar untuk melakukan negosiasi dengan perwakilan Hamas. Agenda utama mereka adalah membahas gencatan senjata selama 60 hari demi pertukaran sandera dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Gencatan senjata ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk mengakhiri konflik berdarah yang kembali memuncak sejak 7 Oktober 2023. Namun, sebagian publik menyoroti terkait ma*sih adanya jurang perbedaan yang besar antara tuntutan Hamas dan posisi Israel.**
Artikel Terkait
Tak Ada Tempat Aman di Gaza: Israel Terus Bombardir, 47 Tewas Hanya Dalam Sehari
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva Kecam Israel di KTT BRICS: Sebut Serangan ke Gaza Sebagai Genosida
PM Israel Netanyahu Nominasikan Donald Trump untuk Nobel Perdamaian Dunia
Israel Tewaskan 82 Warga Gaza dalam 24 Jam, Netanyahu Desak Hamas Menyerah Total