RI Tetap Bertahan di BRICS Meski Hadapi Ancaman Tarif Balasan 10 Persen dari AS

photo author
- Kamis, 10 Juli 2025 | 07:36 WIB
Mensesneg RI, Prasetyo Hadi.  (Instagram.com/@prasetyo_hadi28))
Mensesneg RI, Prasetyo Hadi. (Instagram.com/@prasetyo_hadi28))

(KLIKANGGARAN) - Pemerintah Indonesia memastikan akan tetap menjadi bagian dari BRICS meskipun Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump berencana memberlakukan tarif resiprokal tambahan sebesar 10 persen kepada negara-negara anggota kelompok tersebut, termasuk RI.

Kebijakan tarif baru ini diambil AS sebagai langkah proteksi dagang yang disebut Trump untuk melindungi kepentingan ekonomi negaranya dari blok negara-negara yang dianggap dapat mengganggu stabilitas perdagangan mereka.

Menanggapi hal ini, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan bahwa Indonesia tidak akan keluar dari keanggotaan BRICS meski harus menghadapi konsekuensi kenaikan beban tarif ekspor ke Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Roy Suryo Sebut Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu, Ungkap Bukti Lewat ELA dan Face Recognition

"Tidak (mundur). Jadi yang per hari ini dapat kami sampaikan adalah kita tetap melanjutkan upaya untuk bernegosiasi dengan pemerintah AS," ujar Hadi kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Rabu, 9 Juli 2025.

Hadi juga menjelaskan bahwa pemerintah AS telah memberi batas waktu hingga 1 Agustus 2025 bagi negara-negara BRICS untuk merespons kebijakan tarif tambahan tersebut. Selama periode ini, kata Hadi, Indonesia terus melakukan lobi diplomatik agar dapat mencari titik temu yang terbaik.

Baca Juga: Arya Daru, Diplomat Muda Kemlu RI Itu Tewas Misterius usai Sempat Bertugas Tangani Evakuasi WNI di Iran

Koordinasi intensif juga disebutnya telah dilangsungkan antara pihak Istana dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada sehari sebelumnya, Selasa, 8 Juli 2025, guna merumuskan strategi menghadapi kebijakan AS tersebut.

"Kalau kaitannya dengan rencana penetapan kembali tarif 10 persen bagi anggota BRICS, kami merasa itu bagian dari keputusan kita kalau kita bergabung dengan BRICS. Itu ada konsekuensi, mau tidak mau harus kita hadapi," tegas Hadi.

Baca Juga: Muaro Singoan, Satu-satunya Desa di Batang Hari Terapkan Absensi dan Buku Tamu Digital

Lebih lanjut, tambahan tarif 10 persen dari AS diperkirakan akan membuat total beban tarif bagi produk Indonesia naik menjadi 42 persen, dari yang sebelumnya sudah berada di angka 32 persen. Namun demikian, Prasetyo Hadi memastikan penerapan tarif itu belum final.

"Kan baru disampaikan begitu, skemanya kan begitu. Nah ini kan masih ada waktu, masih ada jeda. Minta tolong aja kita, doakan tim yang sedang bernegosiasi supaya bisa menghasilkan yang terbaik lah untuk bangsa kita," tukasnya.

Baca Juga: Viral, Sosok Chico dan Wiran jadi Sorotan usai Foto Pre-Wedding Mereka Beredar di Media Sosial, Siapa Mereka Sebenarnya?

Sementara itu, berbagai pihak berharap upaya diplomasi yang sedang berlangsung dapat menekan potensi kerugian bagi sektor ekspor nasional.**

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X