Riset Menunjukkan Studi Inggris, Jerman, dan Prancis Akan Paling Terdampak jika Hubungan Dagang Mereka Terputus

photo author
- Minggu, 19 Mei 2024 | 20:47 WIB
Ilustrasi (Pixabay/Tumisu)
Ilustrasi (Pixabay/Tumisu)

KLIKANGGARAN --Laboratorium Penilaian Sino-Rusia Konsekuensi Perang Dagang Antar Negara melakukan studi tentang dampak perang dagang antarnegara. Simpulan studi itu menunjukkan bahwa terdapat negara yang terkena dampak relative kecil dan bahkan, ada negara yang terdampak sangat parah.

Negara-negara seperti AS, Rusia, dan Tiongkok dapat menghadapi blokade perdagangan penuh dengan dampak yang relatif kecil. Sementara itu, Jerman, Prancis, dan Inggris akan terkena dampak yang lebih parah, lansir RT.com mengutuip laporan outlet berita Rusia Vedomosti minggu ini yang mengutip studi yang dilakukan oleh Laboratorium Penilaian Sino-Rusia Konsekuensi Perang Dagang Antar Negara.

Penelitian yang dilakukan pada awal tahun 2024 di National Supercomputing Center Tiongkok ini menguji ketahanan 19 negara global terhadap sanksi ekonomi skala besar dengan menggunakan pemodelan matematika.

Para analis menilai kerugian langsung produk domestik bruto (PDB) yang akan dialami setiap negara jika dihadapkan pada blokade perdagangan total tanpa adanya kemungkinan impor paralel.

Baca Juga: Inilah Tiga Korban Meninggal Kecelakaan Jatuhnya Pesawat Latih di BSD Serpong Tangsel

Studi tersebut mengungkapkan bahwa meskipun semua negara akan mengalami kontraksi ekonomi berdasarkan skenario yang diusulkan, beberapa negara akan terkena dampak yang lebih buruk dibandingkan negara lain.

Rusia akan menjadi salah satu dari tiga negara yang paling tangguh, dengan perekonomian yang menyusut tidak lebih dari 3,5%. PDB Tiongkok akan mengalami penurunan sebesar 3,1%, sementara AS akan mengalami penurunan sebesar 2,3%.

Sementara itu, perekonomian Jerman akan terkena dampak terburuk jika hubungan dagangnya terputus dan mengalami kontraksi sebesar 8,1%. Kerusakan yang signifikan juga akan dialami oleh Korea Selatan (turun sebesar 7.9%), Meksiko (7.2%), Perancis (7%), Türkiye (6.6%), Italia (6%) dan Inggris (5.7%).

Studi ini juga menemukan bahwa perekonomian Australia, Indonesia, dan Jepang akan mengalami kontraksi sebesar 3,7-3,8%, sehingga membuat mereka tidak terlalu rentan terhadap sanksi perdagangan dibandingkan India, Brasil, dan Kanada, yang mengalami penurunan PDB sebesar 4%, 4,2%, dan 5,5%. %, masing-masing.

Baca Juga: Sekalipun Disanksi Amerika Serikat dan Sekutunya, Pertumbuhan Ekonomi Rusia Mencapai 5,4 Persen

Para analis mengaitkan kinerja stress-test yang relatif baik dari perekonomian Amerika, Tiongkok, dan Rusia dengan Indeks Gabungan Kapabilitas Nasional bersyarat, yang menjelaskan bahwa negara-negara ini memiliki sumber daya alam, serta potensi manusia, ilmu pengetahuan, dan militer yang lebih besar dibandingkan negara-negara lain.

Mengomentari temuan tersebut, Stanislav Murashov, Kepala Ekonom di Raiffeisenbank, mencatat bahwa ketika menghadapi pembatasan ekonomi, negara-negara yang paling sedikit terkena dampak akan menjadi pihak yang paling siap.

“Pemenangnya adalah orang yang, secara umum, bersiap menghadapi [pembatasan] dengan melokalisasi produksinya, atau seseorang yang mampu, misalnya, meninggalkan beberapa komponen, suku cadang, bahan mentah, peralatan yang diimpor. Dilihat dari penelitian tersebut, kemungkinan tesis terkonfirmasi bahwa Eropa lebih bergantung pada pasar global dibandingkan Tiongkok, Amerika Serikat, dan Rusia,” katanya kepada harian berita Kommersant.

Perekonomian Rusia, yang telah terkena berbagai sanksi ekonomi internasional akibat konflik Ukraina, pada awalnya mengalami kontraksi sebesar 1,2% pada tahun 2022, namun tahun lalu mencatat pertumbuhan sebesar 3,6%, menurut statistik resmi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: RT

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X