Keberadaan Mitos dan Dilema Moral Tokoh Agus Dalam Film Lamun Sumelang

photo author
- Kamis, 14 Desember 2023 | 23:28 WIB
Keberadaan Mitos dan Dilema Moral Tokoh Agus Dalam Film Lamun Sumelang (Tangkap Layar)
Keberadaan Mitos dan Dilema Moral Tokoh Agus Dalam Film Lamun Sumelang (Tangkap Layar)

KLIKANGGARAN -- Mari kita buka tulisan ini dengan teka-teki metafora kuno yaitu, siapa yang harus diselamatkan antara istri atau ibu kandung jika keduanya hanyut terbawa arus sungai? Itulah agaknya yang menjadi salah satu tamparan dari premis tulisan ini.

Sebelum masuk dalam pembahasan, mari kita angkat topik untuk film pendek berdurasi 18 menit garapan Ravacana Films yang berjudul Lamun Sumelang disutradarai oleh Ludy Oja Prastama pada tahun 2019 lalu.

Lamun Sumelang, mengisahkan lokalitas kehidupan keluarga dan masyarakat yang berada di Gunungkidul. Memento mori atau yang disebut sebagai filosofi kematian dalam film ini disampaikan melalui tokoh Agus (Freddy Rotterdam) sebagai sudut pandang.

Representasi tokoh Agus menyampaikan sebuah dilema moral yang terdapat dalam film tersebut dengan membuat suatu perlawanan tragis atas nasibnya ketika ia harus menyembuhkan Ningsih, anak semata wayangnya dari sakit yang tidak diobati secara medis.

Alasan penolakan-pengobatan secara medis yang dilakukan oleh Agus bukan semata-mata disengaja, akan tetapi hal tersebut dimanifestasikan dalam bentuk lain dengan cara menggunakan obat pseudo-medis seperti obat tradisional, obat alternatif atas arahan dukun.

Realitas yang melatarbelakangi penolakan tersebut karena Agus tidak mampu untuk mengobati anak semata wayangnya itu atas beberapa faktor tertentu seperti faktor ekonomi dan lain sebagainya sehingga ia menampilkan perilaku bertahan seperti itu.

Dalam film tersebut, dukun memerintahkan Agus untuk membunuh tujuh orang sebagai satu-satu syarat menyembuhkan anaknya. Syarat itu tentu tidak dapat Agus tolak. Maka ia melakukan tindakannya pada orang-orang yang akan bunuh diri karena pulung gantung.

Di situlah titik temu yang terdapat dalam film ini. Agus menjadi tokoh sentral atau jembatan penghubung antara mitos pulung gantung dan cara bertahan masyarakat Gunungkidul. Tentu hal ini akan membuat sedikit rumit untuk dijelaskan.

Kerumitan tersebut justru menjadi sebuah apresiasi atas pencapaian Ravacana Films, karena telah menjait bagian film menjadi logika mendasar antara realitas dan mitos yang ada di daerah Gunungkidul sebagai strategi koping dengan realitas yang ada di sana.

Mitos pulung gantung dalam film tersebut dapat digambarkan seperti meteor yang akan jatuh, namun menyerupai bola api yang tampak terbang. Di Gunungkidul, mitos itu menandakan bahwa akan adanya peristiwa bunuh diri yang dilakukan oleh seseorang.

Maka dengan begitu, keberadaan mitos pulung gantung melekat dengan masyarakat Gunungkidul sebagai sebuah tanda. Kemudian tanda tersebut dikonversikan menjadi sebuah peristiwa mistis lokal Gunungkidul yang saat ini menjadi suatu perhatian khusus.

Hal itu ditinjau dari angka kematian pada bulan Juli 2021 sebanyak 32 peristiwa. Jika ditotal dari kurun waktu 2001-2017, peristiwa tersebut sebanyak 459 kali (berdasarkan data pusat statistik) di Gunungkidul.

Untuk menekan angka kematian karena bunuh diri, pemerintah Gunungkidul membuat sautu gerakan yang bernama Satuan Tugas Berani Hidup dengan upaya meminimalisir kejadian yang semakin bertambah tahun, angka kematian daerah tersebut semakin banyak.

Sebaliknya, Sigit Wage Dhaksinarga (Tim IMAJI), menggunakan pendekatan saintifik bahwa ia menampik keberadaan mitos tersebut. Ia mengatakan bahwa penyebab adanya bunuh diri di daerah tersebut desebabkan karena masayarakat depresi atas keadaan tertentu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X