Presiden saat itu, Mahmoud Ahmadinejad, mengatakan serangan itu "tidak diragukan lagi adalah tangan rezim Zionis" dan pemerintah Barat. Baik AS dan Israel membantah terlibat.
Rekannya, Fereydoon Abbasi, terluka dalam serangan serupa pada hari yang sama, tetapi selamat setelah dilarikan ke rumah sakit. Abbasi adalah kepala AEO pada saat itu dan diberi sanksi oleh Dewan Keamanan PBB.
PBB menggambarkan Abbasi sebagai ilmuwan senior di kementerian pertahanan yang telah "bekerja sama" dengan Fakhrizadeh.
Sementara itu, program nuklir Iran juga diserang dunia maya. Pada saat itu, Ahmadinejad mengakui intrusi tersebut telah berhasil dalam "menciptakan masalah untuk sejumlah ... sentrifugal dengan perangkat lunak".
Darioush rezaeinejad
Darioush Rezaeinejad menjadi ilmuwan Iran berikutnya yang mengalami nasib berdarah pada Juli 2011. Dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati Rezaeinejad pada suatu Sabtu sore, melukai istrinya dalam serangan itu.
Mahasiswa doktoral di Universitas Khajeh Nasroldeen Toosi, Rezaeinejad itu diperkirakan telah mengerjakan sebuah detonator nuklir, dan menurut laporan Israel, terlihat sering memasuki laboratorium nuklir di Teheran utara.
Otoritas Iran menolak intelijen semacam itu, menyebut Rezaeinejad tidak lebih dari seorang akademisi.
"Mahasiswa yang terbunuh itu tidak terlibat dalam proyek nuklir dan tidak memiliki hubungan dengan masalah nuklir," kata menteri intelijen Iran Heidar Moslehi seperti dikutip pada saat itu.
Iran telah lama membantah berniat membuat bom nuklir, tetapi kekuatan barat bersikeras bahwa Iran terus melakukan program nuklir. Ketegangan pada tahun 2011 telah meningkat, karena AS, Israel, dan Uni Eropa khawatir negara itu hampir berhasil dalam upaya yang dituduhkan untuk mengakses materi yang dapat pecah.
Mostafa Ahmadi Roshan
Kurang dari setahun kemudian, pada Januari 2012, Mostafa Ahmadi Roshan menjadi target pembunuhan berikutnya.
Pengendara sepeda motor lain digunakan dalam pembunuhan Roshan, naik ke mobilnya dan memasang bom magnet yang membunuh ilmuwan dan sopirnya.
Roshan adalah seorang profesor di universitas teknik di Teheran dan pengawas departemen di pabrik pengayaan uranium Natanz.
Kematiannya terjadi seminggu setelah pejabat tinggi nuklir Iran mengumumkan bahwa produksi akan dimulai di situs pengayaan uranium utama kedua negara itu.
Dua bulan sebelumnya, pengawas nuklir PBB telah menerbitkan laporan yang menuduh bahwa para ilmuwan Iran terlibat dalam upaya rahasia dan berkelanjutan untuk membuat senjata nuklir.
AEO merilis pernyataan yang memperingatkan bahwa "tindakan keji Amerika dan Israel tidak akan mengubah arah bangsa Iran".