Sejak pemungutan suara, dia telah melarikan diri ke negara tetangga Lithuania, mengeluarkan video yang menyerukan para pendukungnya untuk bangkit dengan damai. Perdana Menteri Lituania Saulius Skvernelis menemuinya di kantornya di Vilnius pada hari Kamis.
Dia “meyakinkannya bahwa pemerintah, bersama dengan mitranya di Polandia, Latvia, dan Estonia, sedang melakukan dan akan melakukan segalanya agar ada pemilihan umum yang bebas dan adil di Belarus, dan agar anak-anaknya dapat secepat mungkin memeluk ayah mereka di kebebasan,” tulisnya di Facebook.
Hal itu mengundang kecaman terselubung dari Kremlin, yang mengatakan Moskow akan memandang setiap kontak antara pejabat asing dan oposisi Belarus sebagai campur tangan dalam urusan Belarusia.
Krisis di Belarus, tetangga paling setia Rusia, adalah ujian bagi Kremlin, yang harus memutuskan apakah akan mencoba mengelola peralihan kekuasaan atau tetap bersama Lukashenko, yang pernah menjadi bos dari sebuah pertanian kolektif di era Soviet.
Ini juga menjadi tantangan bagi para pemimpin Barat, yang waspada terhadap kekerasan enam tahun setelah pemberontakan populer di negara tetangga Ukraina menarik intervensi militer Rusia dan memicu konflik paling mematikan yang sedang berlangsung di Eropa.
Uni Eropa telah menolak pemilihan kembali Lukashenko dan ketua KTT Uni Eropa Charles Michel berbicara dengan Presiden Vladimir Putin pada hari Kamis, yang terakhir dari beberapa panggilan telepon antara Putin dan para pemimpin Eropa minggu ini. Kremlin mengatakan Putin telah memberi tahu Michel bahwa tekanan pada Lukashenko akan menjadi kontraproduktif.
Dari semua bekas tetangga Soviet Rusia, Belarusia memiliki hubungan politik, ekonomi, dan budaya yang paling dekat dengan Moskow, dan perbatasannya yang dijaga ketat dengan Latvia, Lituania, dan Polandia merupakan perbatasan utama NATO.
Sumber: Al Jazeera
