Laporan itu juga mendokumentasikan nasib perempuan Yazidi yang berjuang untuk menyembuhkan luka psikologis mereka setelah menikah secara paksa dengan pejuang IS dan dipisahkan dari anak-anak mereka yang lahir dari perkosaan.
Beberapa ibu yang diwawancarai oleh Amnesty mengatakan mereka "ditekan, dipaksa atau bahkan dibohongi" agar meninggalkan anak-anak mereka ketika mereka kembali ke keluarga mereka.
"Saya ingin memberi tahu [komunitas kami] dan semua orang di dunia, tolong terima kami, dan terima anak-anak kami," kata Janan yang berusia 22 tahun.
"Aku tidak ingin punya bayi dari orang-orang ini. Aku terpaksa memiliki seorang putra."
Menurut Biro Penyelamatan Yazidi di Pemerintah Daerah Kurdistan Irak, sekitar 2.800 warga Yazidi masih hilang sejak IS menguasai wilayah-wilayah besar di Irak dan Suriah.
Sumber: Middle East Eye