"Membunuh saudara-saudaramu tidak membuatmu menjadi pahlawan, itu membuatmu menjadi diktator dan pembunuh. Sebuah gerakan bola salju telah dimulai, yang telah bergema di seluruh dunia Arab," tulisnya dalam karyanya, berjudul "I pray for an India without hate and Islamophobia".
Pada hari Minggu, Mohan Bhagwat, Ketua sayap kanan Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), dengan jelas merujjk kepada kelompok Jamaah Tablig di New Delhi, mengatakan dalam sebuah pidato online dari markas besar kelompok itu di Nagpur bahwa "tidak benar untuk menyalahkan seluruh komunitas atas kesalahan beberapa individu". RSS adalah mentor ideologis dari BJP Modi.
Sultan Barakat, direktur Pusat Studi Konflik dan Kemanusiaan di Institut Doha Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa orang-orang di negara-negara Teluk "merasa marah" atas cara Muslim India dipersalahkan atas pandemi coronavirus.
"Pernyataan bodoh seperti itu membuat marah orang di sini, bukan hanya karena Islamofobia, tetapi lebih penting karena itu kontraproduktif terhadap pandemi global yang buta terhadap agama dan tidak mengenal batas," katanya.
"Jutaan orang India telah tinggal di negara-negara Arab selama beberapa dekade dengan hampir tidak ada diskriminasi terhadap orang India - Hindu, Muslim atau lainnya. Komentar Islamophobia seperti itu sangat menyakitkan ketika berasal dari individu yang telah tinggal dan bekerja di Teluk."
Mantan duta besar India untuk UEA, Talmiz Ahmed, menyebut orang India yang memposting komentar terhadap orang Arab dan Muslim di India "individu yang sangat bodoh dengan pengetahuan politik atau urusan internasional yang sangat terbatas".
Namun, juru bicara BJP GVL Narasimha Rao mengatakan kepada Al Jazeera bahwa masalah ini tidak akan berdampak negatif pada hubungan India dengan negara-negara Arab. "Karena itu adalah bagian dari propaganda dan tidak nyata," katanya kepada Al Jazeera. "Ini adalah bagian dari propaganda anti-India dan anti-Hindu oleh unsur-unsur jahat."
Optimisme Rao tampaknya berumur pendek.
Pada hari Selasa, dalam peringkat terburuknya sejak 2004, Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS mendesak Departemen Luar Negeri untuk menunjuk India sebagai "negara yang memiliki perhatian khusus" atas "pelanggaran berat" kebebasan beragama.
Meskipun India menolak laporan AS dan menyebutnya "bias", akan sulit bagi pemerintah nasionalis Hindu negara itu untuk mengabaikan kekhawatiran global yang berkembang atas penargetan Muslim India.
Sumber: Aljazeera