peristiwa-ibu-kota

BPOM Beda Sikap Awasi Ivermectin & Vaksin Nusantara Lawan Covid19

Kamis, 8 Juli 2021 | 20:36 WIB
images


Jakarta.www.klikanggaran.com,-- Heboh Ivermectin, obat cacing direkomendasikan obat Covid19, berbuntut disoal kapasitas Badan Pengawas Obat & Makanan dalam penanganan virus Corona. Menyusul BPOM "lepas tangan" terkait uji klinis Vaksin Nusantara-nya Letjen TNI (Purn) Terawan Agus Putranto.


"Sikap BPOM terhadap vaksin nusantara dan obat Ivermectine adalah langkah mundur dalam situasi saat ini. Disaat lonjakan kasus yang begitu tinggi dan pelayanan kesehatan yang tak lagi cukup menampung pasien Covid yang terus bertambah," ujar Sujahri Somar, Sekjen DPP GMNI pimpinan Imanuel Cahyadi, seperti dikutip Media, baru-baru ini.


"Saat ini masyarakat butuh berbagai alternatif yang mampu untuk mengobati atau menangkal Covid19."


Sikap normatif & tendensius BPOM di tengah situasi kritis ini, katanya, harus digantikan diskresi kebijakan untuk menyelamatkan nyawa rakyat dan bukan cenderung hadir sebagai penghambat kemajuan dalam melawan Covid19. BPOM diminta untuk segera melakukan riset dan uji klinis terhadap obat apa saja.


Menanggapi ini, sikap BPOM melunak. Soal Ivermectin, semula, BPOM ngotot menolak obat ampuh cacing itu bisa mengobatiCovid19 sampai diijinkan uji klinis di sejumlah rumahsakit di Indonesia; kendati tetap berijin edar obat cacing setelah ada rekomendasi FDA semacam BPOM Amerika Serikat & sukses turunkan korban covid19 dalam tempo dua bulan di India dengan 97 riset dengan bandrol harga eceran tertinggi Kementerian Kesehatan Rp 7.500/tablet (generik) & Rp 25ribu/tablet diproduksi PT Indofarma dari pabrik PT Harsen Laboratories.


Vaksin Nusantara


Namun BPOM pimpinan Penny Lukito itu bersikap beda terhadap vaksin nusantara bikinan Menteri Kesehatan era Presiden Joko Widodo, Terawan AP.


Katanya, Vaknus Terawan untuk pelayanan individual & bukan produk untuk massal sehingga bukan lagi menjadi ranah BPOM.


Alasannya, Vaknus lebih merupakan bentuk pelayanan, maka jalurnya Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan di Kementerian Kesehatan.


Menanggapi ini, Letjen TNI (purn) Dr Terawan melanjutkan uji klinis tahap ke-2 di RSUP Kariadi Semarang bekerjasama RSPAD Gatot Soebroto Jakarta & Balitbangkes Kemenkes, Februari 2021.


Vaknus itu vaksin personal berbasis sel dendritik sering digunakan terapi pasien kanker sebagai imunoterapi karena memakai serum darah individu masing-masing.


Peneliti utama Vaknus dr Jonny mengungkap tujuan uji klinis itu menetapkan usulan efikasi berdasar perbandingan respons terhadap protein S, mengonfirmasi keamanan vaksin dan memilih formulasi optimal yang ditentukan oleh jumlah protein S SARS-CoV-2.


Alhasil, dukungan keberadaan Vaknus pun terus mengalir. Mulai Komisi VII DPR-RI, tokoh Golkar, Aburizal Bakrie selaku penerima suntikan perdana, Menteri BUMN era Presiden SBY, Dahlan Iskan, hingga Menkes era SBY, Siti Fadillah Supari, yang "menafikan" WHO dalam isu Pandemi flu burung sehingga berujung penjara, sebagai bagian penelitian uji klinis.


Profesor Chaerul Anwar Nidom, guru besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga, menilai Vaknus sekiranya diijinkan bisa menyesuaikan diri cepat dibanding vaksin lain di tengah percepatan mutasi virus.

Halaman:

Tags

Terkini