Jakarta, www.klikanggaran.com - Anggota DPD RI Dapil Provinsi DKI Jakarta Sylviana Murni menilai belum memadainya kondisi pendidikan pada saat ini, maka harus ada bantuan nyata dari Kemendikbud untuk kelancaran Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi virus Covid-19. Hal ini guna memastikan seluruh pelajar dan mahasiswa bisa mengikuti pembelajaran daring.
"Dalam rangka untuk kelangsungan pendidikan anak bangsa, support pulsa, saya pikir menjadi keniscayaan yang harus disubsidi oleh Kemendikbud."
Sebagaimana diketahui, kita banyak melihat kondisi di mana para siswa belum terpenuhinya fasilitas handphone maupun kemampuan mereka membeli pulsa atau kouta. Hal ini berdampak terhadap PJJ yang konsisten dijalankan di masa pandemi seperti ini. Kepastian para siswa bisa mengikuti PJJ harus diamati dengan cermat oleh pemerintah, agar dapat membantu dan memudahkan.
Selain permasalahan tersebut, persoalan yang lebih mengharu-biru diungkapkan olehnya adalah dampak ekonomi dari PJJ, khususnya bagi kalangan rumah tangga menengah ke bawah.
Terhadap hal ini, setidaknya ada tiga keluhan utama dari orang tua demi terlaksananya PJJ tersebut.
Pertama, tingginya belanja pulsa untuk membeli paket data internet.
Karena orang tua harus merogoh kocek cukup dalam kisarannya minimal Rp 50.000 untuk keperluan PJJ selama dua hari.
Dalam seminggu, orang tua harus merogoh kocek sekira Rp 150.000 atau sebulan bisa mencapai Rp 600.000.
"Akibatnya, banyak anak didik yang terlambat menyerahkan tugas-tugasnya karena belum/tidak mempunyai uang untuk membeli paket data internet," jelas Sylviana Murni.
Kedua, banyak anak didik yang tidak mampu mengikuti PJJ karena tidak mempunyai gawai atau smartphone.
Kasus yang menimpa Dimas, seorang siswa Kelas VII SMP Negeri I Rembang diungkapkannya merupakan bukti nyata.
Dimas tidak punya gawai sehingga dia harus datang ke sekolah untuk melakukan belajar tatap muka secara langsung, walau hanya seorang diri.
"Kasus yang menimpa Dimas hanyalah contoh kecil, di lapangan pasti banyak sekali Dimas-Dimas yang lain bernasib serupa," ungkapnya.
Ketiga, terkait akses dan keandalan internet, banyak daerah yang mengalami blank spot, sehingga masyarakat harus bergerak ke lokasi tertentu yang cukup jauh agar mendapatkan akses atau sinyal internet.