peristiwa-ibu-kota

Cerita Seorang Pembenci Habib Rizieq

Senin, 21 November 2016 | 18:53 WIB

Jakarta, Klikanggaran.com - Seorang pembenci Habib Rizieq, berubah menjadi seorang yang mengagumi sosok menakjubkan dan membanggakan. Shopia, itulah namanya. Berikut untaian cerita yang klikanggaran bisa himpun dari peneluturannya kepada teman kenalannya, Senin, (21/11/2016).

 

Setahun lalu saya masih sangat membenci sosok yang satu ini. "Anarkis, arogan, angkuh...." Begitu saya pikir. Sepak terjangnya sering membuat saya mengurut dada sambil beristighfar. Astaghfirullah al adhim..., begitulah saya yang awam menyikapi beliau.

Bukan tanpa alasan, saya melihat beliau jauh dari nilai-nilai Islami, suka kekerasan, dikit-dikit beliau bilang "haram", maen razia, dan lain sebagainya. Itu bukan pandangan saya saja, namun juga sebagian besar teman-teman saya.

Kebencian saya pada beliau makin membuncah ketika beliau berteriak lantang mengatakan haram memilih pemimpin non muslim. Dengan retorikanya yang menggebu-gebu tentang Gubernur Muslim untuk Jakarta, membuat rasa ga suka pada beliau makin membuncah. Saya mulai posting ketidaksetujuan saya padanya via medsos. Tak  sayasangka, seorang sahabat saya mengomentari posting saya.

Dia bilang, "Sophie, kamu harus banyak belajar tentang Islam. Bahwa Islam hanya bisa tegak berdiri setelah kita bisa menegakkan Amar ma'ruf dan Nahi Mungkar secara bersamaan. Banyak ulama kita yang terus menganjurkan kita untuk ber Amar Ma'ruf. Tapi, tak seorang pun dari mereka yang mau meneriakkan pada kita untuk ber-Nahi Munkar. Selama kita hanya mau mengurusi Amar Ma'ruf tanpa nahi mungkar, selama itu pula Islam akan terus diinjak-injak."

Saya membalas komennya, "Teh, negeri kita ini dalam kondisi yang aman, damai, dan tentram. Amar ma'ruf saja sudah cukup, tak perlu nahi mungkar. Itu mah alasan para teroris saja, Teh...."

Dia membalas lagi, "Ya Allah, Phie, ternyata kamu juga harus banyak meng-Iqro, membaca, dan mengamati. Benarkah negeri ini aman, damai, tenteram? Semoga Allah memberimu hidayah. Aamiin."

Perasaan saya mulai tidak enak dengan jawaban sahabat tadi. Saya pun bergegas menemui guru kami, Aa Gym. Saya utarakan pandangan saya pada Aa. Di luar dugaan, Aa menjawab, " Amar ma'ruf Nahi munkar harus tegak bersama. Biarkan Aa bagian Amar Ma'ruf-nya dan Habib Rizik bagian Nahi mungkarnya."

Jawaban dari sahabat saya dan Aa Gym membuat saya mulai mencari tahu, siapa Habib Rizieq sebenarnya? Saya mulai mempelajari serpak terjangnya, saya pelajari aksi-aksinya, saya pelajari biografinya, saya putar semua ceramah-ceramah dan pidato-pidato beliau. Masha Allah, tak ada kata-kata beliau yang salah, tidak ada sepak terjang dan aksi beliau yang salah. Semua wajar dan bisa dipertanggungjawabkan.

Hingga suatu hari saat saya mudik, ayahanda tercinta berkata, "Sophia, Islam jaya di seluruh dunia karena 4 karakter Khulafaur Rasyidin. Abu bakar yang begitu taat, Umar yang keras dan teguh pendirian, Utsman yang pengusaha, dan Ali yang seorang cendekiawan. Banyak sekali ulama-ulama kita dan dunia yang telah mewakili karakter Abu Bakar, Utsman dan Ali. Tapi, hanya satu yang bisa mewakili Umar, yaitu Habib Rizieq. Bisakah kamu bayangkan jika Umar tidak mendapat hidayah saat itu? Siapa yang membakar semangat kaum muslimin saat itu kala mereka terpuruk? Siapa yang paling depan membela Islam saat Islam dihina?

Umar adalah hadiah dari Allah saat itu, Nabi Muhammad SAW sendiri yang meminta pada Allah, "Jadikanlah Abu Jahal atau Umar sebagai pembela kami...." Dan, ternyata Allah memberi Umar untuk kaum muslimin. Demikian pula Habib Rizieq, beliau adalah hadiah dari Allah untuk umat Islam Indonesia ...."

Ayahanda terus bercerita tetang Umar dan Habib.... Dan, semua itu terbukti....

"Ketika sosok yang dulu sempat saya idolakan tiba-tiba berkata menyakitkan umat, Habiblah yang pertama berteriak membangkitkan harga diri kami," tutup Shopi dengan penuh keharuan dan penyesalan.

 

Tags

Terkini