Depok, Klikanggaran.com - Pimpinan Pondok Pesantren Al-Nahdlah Depok menawarkan beasiswa kepada pelajar Timor Leste yang mau belajar di Al-Nahdlah Islamic Boarding School. Hal ini disampaikan oleh Kepala Madrasah Aliyah Al-Nahdlah, Abdullah Masud saat menerima kunjungan delegasi Timor Leste Coalition for Education (TLCE) di Pesantren Al-Nahdlah, Rabu (26/10/2016).
“Kalau ada anak Timor Leste yang mau sekolah di sini, kami akan terima dengan senang hati dan juga akan kami berikan beasiswa sampai lulus sekolah," tegas pria yang juga wakil ketua Lazisnu PBNU ini di hadapan Presiden TLCE dan rombongan.
Dalam pidatonya, Kepala Madrasah Aliyah Al-Nahdhah menyambut baik kunjungan pegiat pendidikan dari Timor Leste ini. Ia bercerita bahwa para pendiri pesantren dan Madrasah ini sama seperti aktivis TLCE. Para pendirinya adalah para aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat, yang juga fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan. Lalu, mereka bertekad mendirikan lembaga pendidikan. Mas'ud juga bercerita bahwa pesantren Al-Nahdhah kini telah berusia 10 tahun dan alumninya sudah tersebar di berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan swasta favorit, seperti di ITB ada 2 anak, UI, ITS, IPB, Unair, Unpad, Undip, bahkan di UNRI dan STAN juga ada. Pesantren ini menampung siswa dari seluruh Indonesia. Jadi siswanya tidak hanya dari Jakarta dan Jawa saja. Banyak juga dari luar Jawa seperti Papua, Manado, Makassar, Lampung, Banten, dan lain sebagainya.
Sementara itu, Presiden Timor Leste Coalition for Education (TLCE) Augusto Pires, menyampaikan bahwa kunjungannya ke Indonesia untuk studi banding kebijakan pendidikan di Indonesia dan juga implementasinya. Pendidikan di Timor Leste masih banyak masalah, terutama kekurangan tenaga pendidik yang berkualitas.
“Kita perlu banyak belajar tentang pengelolaan kebijakan pendidikan kepada Indonesia, yang jelas lebih maju,” tukas Augusto Pires.
Delegasi Timor Leste ini merupakan perwakilan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli persoalan pendidikan. Mereka datang ke Indonesia difasilitasi oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI). Abdulah Ubaid, Koordinator Nasional JPPI mengatakan, delegasi ini ingin belajar dari sistem pendidikan 24 jam yang diterapkan pesantren.
“Karena itu, mereka kami antar ke Pesantren An-Nahdhah yang juga menyelenggarakan pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah ini,” terang Ubaid.
Menurut Augusto Pires, pendidikan di pesantren itu sudah terpadu dan patut ditiru. Dalam pesantren tersedia semua jenjang pendidikan mulai dari dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Apalagi tempat tinggal siswa dan ketersediaan gizinya juga sudah terprogram dengan baik dengan model asrama.
“Model pendidikan yang terintegrasi seperti ini perlu diterapkan di Timor Leste,” katanya.
Selain ke pesanten, delegasi Timor Leste ini juga akan berkunjung ke Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk berdiskusi terkait dengan kebijakan pendidikan di Indonesia.