Jakarta, Klikanggaran.com - 2 tahun masa pemerintahan Jokowi-JK diwarnai dengan getaran hitam putih pada persendian tanah air. Janji yang pernah dia berikan saat Pemilu kini dipertanyakan. Salah satunya dari Riau, diwakili oleh sejumlah mahasiswa, yang pekan lalu sengaja datang ke Jakarta untuk bertemu dengan sang presiden. Presiden Mahasiswa Universitas Riau yang beberapa hari lalu ikut datang ke Jakarta, mengirimkan rilis hasil perjalanannya pada klikanggaran, Senin (24/10/2016).
(Baca juga: BEM SI Menuntut Janji Jokowi Selesaikan Masalah Karlahut)
Menurut perwakilan mahasiswa ini, pencitraan yang dilakukan Presiden Joko Widodo begitu membuat rakyat terlena. Kemasan Nawacita yang diprogramkannya begitu luar biasa, namun menurut rakyat Riau apalah nyatanya, semua hanya bungkusnya saja, namun isinya tidak ada.
"Semua hanya judulnya saja, namun isinya tidak ada. Semua hanya janji programnya saja, namun realita tidak ada, dan kitalah korban-korban janji manis Jokowi," tulis abdul Khair, Presiden Mahasiswa Universitas Riau dalam pesannya.
Untuk Riau yang telah dilanda kabut asap selama puluhan tahun, Presiden Jokowi pernah berjanji bahwa tahun 2015 tidak akan ada asap. Dia akan menuntaskan permasalahan asap. Namun, wujud nyata dari janji yang ditunggu-tunggu masyarakat Riau itu dianggap tidak ada.
"Tahun 2015 justru merupakan kondisi terparah sepanjang musibah kabut asap. Lagi-lagi Presiden Jokowi bohong," kata Khair.
Presiden Jokowi yang dulu dengan pencitraannya lahir dari rakyat dan untuk rakyat itu kini telah berubah. Tanggal 20 Oktober 2016 lalu merupakan kenyataan pahit yang harus diterima oleh sebagian rakyat Indonesia. Apa yang mereka alami membuktikan bahwa Presiden Jokowi bukan lagi untuk rakyat.
Siang itu, 5000 mahasiswa Indonesia ingin menemuinya sebagai penyambung lidah rakyat, namun mendapat jawaban "itu bukan urusan SAYA". Alhasil, stempel #JokowiSombong dan #JokowiPembohong adalah oleh-oleh yang harus mereka genggam selama berjalan kembali menuju rumah yang masih penuh asap.
Para perwakilan mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat ini saja ditolak, bagaimana dengan rakyat-rakyat kecil lainnya?" tutur perwakilan mahasiswa ini dengan senyum getir.