Jakarta, Klikanggaran.com (12/18/2017) - Seorang personel Brimob menembak dua rekannya sesama anggota Brimob saat bertugas jaga di lokasi pengeboran sumur minyak PT. Sarana Gas Trembul (SGT) di Blora, Selasa (10/10/2017) malam.
Akibat tembakan tersebut, dua personel yang ditembak langsung meninggal, dan pelaku penembakan bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri.
Penembakan dilakukan dengan menggunakan laras panjang jenis AK 101, senjata standar yang merupakan kelengkapan tugas personel Brimob ketika melakukan pengamanan.
Dengan telah meninggalnya 3 orang personel Brimob ini, tentu akan sangat merugikan negara. Kerugian yang diderita negara ini adalah, mulai dari amunisi yand ditembakkan, dan 3 personel yang mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara hanya berakhir dengan sia sia. Artinya, menghambur-hamburkan duit negara.
Untuk membeli amunisi Kal.338 atau amunisi Kal. 338 GR ELD MATCH pada tahun 2017 untuk Brimob, negara melalui APBN harus membayar sebesar Rp10.348.600.000. Anggaran ini untuk membeli sebanyak 35.080 amunisi. Berarti, satu buah amunisi harganya sebesar Rp295.000. Mahal bukan, harga sebuah amunisi?
Belum lagi negara harus menyediakan anggaran untuk pendidikan bagi personil di Sekolah Polisi Negara (SPN). Dimana untuk pengadaan makanan saja di pendidikan pembentukan Bintara Polri, negara harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp50.497 untuk satu orang personel.
Ini baru menghitung anggaran amunisi dan pengadaan makanan untuk satu personel pendidikan pembentukan Bintara Polri. Belum lagi jika menghitung misalnya pakaian buat pendidikan jadi Bintara Polisi.
Jadi, untuk membentuk seseorang menjadi seorang Brimob, anggaran yang dikeluarkan oleh negara itu sangat mahal, bisa sampai miliaran rupiah harus habis setiap tahun. Tetapi, menurut publik pihak kepolisian kadang-kadang seperti masa bodoh dengan apa yang terjadi pada personel mereka.