(KLIKANGGARAN)--Sandiaga S. Uno, Pendiri Relawan Siaga, menulis sebuah surat kepada para tua di seluruh pelosok tanah air yang terpaksa harus menahan rindunya sebab anak-cucunya tidak bisa mudik menemuinya di kampung halaman pada akhir Ramadan tahun ini.
Dalam surat tersebut, Sandi pun memohon para orang tua agar selalu mengirim doa kepada anak-cucunya agar pintu rejeki tetap terbuka, dan selalu memberikan kabar kepada anak-cucunya.
Surat yang sangat puitis tersebut dibacakan Sandi dalam format video. Yuk, kita simak isi surat tersebut.
Video Puitisnya Surat Sandiaga buat Para Orang Tua yang Anaknya Tak Bisa Mudik
Surat ini saya tujukan sebagai surat terbuka untuk seluruh orang tua.
Ramadan kali ini saya hanya bisa melihat Ayah dan Ibu dari kejauhan. Rumah kami memang tidak berjauhan. Tetapi, usia Ibu dan Ayah yang sudah melewati 80 membuat jarak harus selalu dijaga. Padahal, tidak ada yang paling saya rindukan selain bersimpuh di kaki keduanya, merasakan belaian di kepala, dan mendengarkan ungkapan cinta sepanjang masa.
Orang tua kita adalah sumber kerinduan hidup. Saya merasakannya sebagai seorang anak juga menikmatinya sebagai seorang ayah. Orang tua kita tentu tidak hanya merindukan anak-anaknya, tetapi lebih dari itu kehadiran cucu-cucu yang membuat mereka sering lupa pada usia.
Kami pun harus memendam rindu pada dua putri tercinta yang sedang menuntut ilmu di negeri orang. Ramadan kali ini memang ujian kerinduan. Jutaan orang tua kita di pelosok tanah air mungkin merasakan hal yang sama sekarang ini. Rindu yan g menggumpal biasanya terbalaskan di akhir Ramadan.
Mudik telah menjadi tradisi tahunan. Kota-kota besar hanyalah persinggahan ke kampung halaman juga akhirnya cinta tertumpahkan. Tetapi, tidak ada mudik tahun ini. Untuk sejenak orang tua kita yang biasa menghabiskan dalam kesendirian merasakan hangatnya kebersamaan bersama anak dan cucu.
Tahun ini panjangnya rindu harus melebihi kesabaran. Kesendirian Ibu dan Ayah di kampung halamanakan lebih lama dari biasanya.
Bahkan suara anak-anak yang biasanya meramaikan masjid di kala Ramadan juga tidak akan terdengar lagi.
Ibu dan Ayah akan sahur dan berbuka sendiri tanpa harapan di penghujung bulan, rumah akan sesak oleh mereka yang pulang. Tidak ada mudik tahun ini. Itulah wujud cinta sejati pada orang tua kita di masa pandemi.
Ibu dan Ayahku di kota kekcil pesisir dan pedalaman pulau, anak dan cucumu mungkin tidak bisa pulang, tetapi mereka tidak akan pernah benar-benar meninggalkan Ibu dan Ayah sendiri. Mohon kirimkan doa agar di masa-masa sulit ini pintu rezeki masih terbuka untuk mereka. Selalu kirimkan kabar agar anak-anakmu selalu tahu apa yang paling Ibu dan Ayah butuhkan di tengah krisis ini.
Jarak boleh memisahkan, tetapi cinta senantiasa mengikat anak dengan orang tuanya. Anak-anakmu akan terus menjaga dengan apa yang mereka bisa orang tuaku di seluruh pelosok tanah air.