Kisah Umar bin Khattab Saat Menghadapi Wabah Tha’un ‘Awamas

photo author
- Senin, 6 April 2020 | 13:50 WIB
IMG_20200406_133922
IMG_20200406_133922

Umar memilih untuk menghindari wabah penyakit mematikan. Ia menjauhi satu tadir (terjangkit wabah) menuju takdir yang lain (selamat dari wabah).


Abu Ubaidah bin al-Jarrah (58 tahun), Muadz bin Jabal (38 tahun) lebih memilih takdir yang pertama, hingga mereka rela mati syahid menghadapi wabah penyakit tersebut. Selain mereka, sahabat Nabi yang meninggal karena pandemi ‘Awamas tersebut adalah Abdurrahman bin Muaz, Yazid bin Abi Sufyan, al-Harits bin Hisyam, dan Suhail bin ‘Amr.


Sementara sahabat dekat Nabi yang memilih takdir kedua (menghindar dari wabah), selain Umar, adalah Abdurrahman bin Auf. Saat Abdurrahman mengambil alih kepemimpinan negeri Damaskus, ia mengajak masyarakat untuk menghindari wabah. Bersama Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Abdurrahman bin Auf adalah tiga sahabat pemuka Nabi yang mendapatkan jaminan masuk surga.


Para ahli sejarah mencatat, korban meninggal karena wabah penyakit ‘Awamas mencapai 25 ribu orang. ‘Awamas adalah wabah penyakit pertama yang terjadi di dunia Islam pasca wafatnya Nabi, walaupun di zaman Nabi pernah terjadi wabah penyakit serupa namun tidak menyerang umat Islam, yakni pada tahun keenam Hijrah.


Bagi siapapun umat Muslim yang tertimpa wabah ini, ingatlah hadits Nabi dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang thaun (wabah penyakit yang mematikan). Beliau memberitahuku bahwa thaun adalah:


عذاب يبعثه الله على من يشاء، وأن الله جعله رحمة للمؤمنين، ليس من أحدٍ يقعُ الطاعونُ فيمكث في بلده صابراً محتسباً، يعلم أنه لا يصيبه إلا ما كتب الله له إلا كان له مثل أجر شهيد


“Adzab yang Allah kirim kepada orang yang Dia kehendaki. Allah jadikan thaun sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang di negerinya mewabah thaun lalu ia tetap berada di situ dengan sabar dan berharap pahala, ia tahu tidak ada musibah yang menimpanya kecuali apa yg telah Allah tetapkan bagi dirinya melainkan baginya pahala seperti pahala seorang syahid.”
(HR. Al-Bukhari)


Beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita saat ini di tengah pandemi Covid-19.


Pertama, kebijakan lockdown wilayah tertentu dan isolasi merupakan langkah tepat menghindari atau meminimalisasi korban lebih banyak. Masyarakat dituntut untuk melakukan social distancing;


Kedua, pemerintah harus memastikan supply ketersediaan kebutuhan masyarakat di masa lockdown dan isolasi. Karena itu, tidak boleh ada praktik penimbunan bahan kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus melarang dan menindak tegas praktik, agar masyarakat tidak mengalami kepanikan lebih parah.


Ketiga, wabah penyakit tidak mengenal status sosial, pekerjaan, dan agama atau tingkat religiusitas seseorang. Para sahabat Nabi yang menjadi korban wabah penyakit ‘Amawas adalah para sahabat pilihan Nabi Muhammad. Mereka tentu saja tidak diragukan keshalehan dan ibadahnya, yang setiap saat berwudhu’ dan melakukan shalat. Karena itu, berbagai upaya mesti kita lakukan, baik upaya rasional maupun spiritual, agar selamat dari Covid-19. []


Referensi:
Al-Zarqani, Sharah Muwattha’, Juz 4.
Ibnu Hibban, Sirah Ibnu Hibban, Juz, 2.
Ibnu Ishaq, al-Sirah al-Nabawiyah, Juz 1
Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyah, Juz 1
Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, Juz 2.


Sumber : https://bangkitmedia.com/kisah-sayyidina-umar-menghadapi-wabah-penyakit/


Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nisa Muslimah

Tags

Rekomendasi

Terkini

X