Cianjur, Klikanggaran.com-- Selamat berakhir pekan semuanya, siapa sih yang tidak kenal Kabupaten Cianjur yang terkenal dengan Tauconya dan tempat wisatanya yang sering banyak dikunjungi warga Jakarta. Namun kali ini, kita kenalan dengan 3 Pilar Budaya Cianjur.
Ayo ada yang sudah tahu belum? Apa saja makna dari 3 Pilar budaya Cianjur tersebut!
3 Pilar budaya Cianjur memiliki filosofi yakni NGAOS, MAMAOS dan MAENPO yang mengingatkan pada kita semua tentang 3 (tiga) aspek keparipurnaan hidup.
Yang pertama, NGAOS adalah tradisi mengaji yang mewarnai suasana dan nuansa Cianjur dengan masyarakat yang dilekati dengan keberagamaan.
Baca Juga: Persebaya Menelan Kekalahan Lagi, Persib Imbang Melawan Bali United. Bhayangkara dan PSIS Menang
Citra sebagai daerah agamais ini konon sudah terintis sejak Cianjur lahir sekitar tahun 1677 di mana wilayah Cianjur ini dibangun oleh para ulama dan santri tempo dulu yang gencar mengembangkan syiar Islam.
Itulah sebabnya Cianjur juga sempat mendapat julukan gudang santri dan kyai sehingga mendapat julukan KOTA SANTRI.
Bila di tengok sekilas sejarah perjuangan di tatar Cianjur jauh sebelum masa perang kemerdekaan, bahwa kekuatan-kekuatan perjuangan kemerdekaan pada masa itu tumbuh dan bergolak pula di pondok-pondok pesantren.
Banyak pejuang-pejuang yang meminta restu para kyai sebelum berangkat ke medan perang. Mereka baru merasakan lengkap dan percaya diri berangkat ke medan juang setelah mendapat restu para kyai.
Baca Juga: Soal Alex Noerdin, Pigai: Seandainya Jokowi Korupsi, Apakah Ada yang Membela?
Kedua, MAMAOS adalah seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup.
Seni mamaos tembang sunda Tembang Cianjuran lahir dari hasil cipta, rasa dan karsa Bupati Cianjur R. Aria Adipati Kusumahningrat yang dikenal dengan sebutan Dalem Pancaniti.
Ia menjadi dalem tatar Cianjur sekitar tahun 1834-1862.
Seni mamaos ini terdiri dari alat kecapi indung (Kecapi besar dan Kecapi rincik (kecapi kecil) serta sebuah suling yang mengiringi panembanan atau juru. Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran Tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.
Artikel Terkait
Cianjur : Hari Pertama Sekolah di Tahun Ajaran Baru Masih Belum Bisa Normal
Pengamat Publik : Pemekaran Wilayah Cianjur Selatan Masih Jadi ‘PR’ Panjang
Gara-gara Tidak Pakai Masker, 12 Warga Kena Sanksi Bersihkan Alun-alun Cianjur
Berkedok Paket Murah, Warga Tertipu Arisan Kurban dan Datangi Rumah Pelaku di Limbangansari Cianjur
Cianjur: Kegiatan KBM Segera Dibuka, Guru yang Akan Mengajar Harus Rapid dan Swab Test Dulu?
Partai Gerindra Masih Rahasiakan Bakal Calon Bupati Cianjur
Hanya Bisa Terbaring, Seniman Kecapi Reog Asal Naringgul- Cianjur Berjuang Lawan Penyakitnya
Ternyata, Parodi Lagu Indonesia Raya Dibuat Anak SMP di Cianjur!