KLIKANGGARAN -- Sekolah Tahfidz Alam Tunas Mulia, lebih dari sekadar pusat belajar, menjadi inkubator inspirasi dan pendorong semangat. Bu Ayu, seorang juru masak yang berdedikasi, berubah dan mengubah banyak kehidupan. Dia tak hanya menyajikan makanan untuk tubuh, tapi juga untuk jiwa para santri.
Berada di tengah puing dan sisa-sisa kehidupan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gerbang, Bekasi, Jawa Barat, muncul sebuah taman bersemangat - Sekolah Tahfidz Alam Tunas Mulia. Tempat ini tidak hanya menjadi lentera pengetahuan bagi anak-anak yang kurang beruntung, namun juga menjadi saksi bisu serangkaian kisah yang membangkitkan semangat dan inspirasi.
Bangunan ini, yang didirikan pada 2019 atas wakaf seorang purnawirawan perwira tinggi TNI, adalah perwujudan dari Yayasan Tunas Mulia Bantargebang, yang telah lama mendukung pendidikan anak-anak dari keluarga pemulung sejak tahun 2006 melalui Sekolah Alam Tunas Mulia. Sekolah Tahfidz ini, adalah cahaya harapan baru yang memantulkan warna-warni nuansa Islami dalam setiap sudutnya.
Di antara penerang itu, ada Bu Ayu, wanita pekerja keras dan berdedikasi yang mampu membawa perubahan melalui peranannya sebagai juru masak di Sekolah Tahfidz. Mulai berdedikasi sejak tahun 2019, Bu Ayu telah mengisi hari-hari para santri dan santriwati dengan hidangan yang penuh cinta dan kehangatan.
Dahulu, BU Ayu adalah seorang pembersih di Sekolah Alam Tunas Mulia. Keterampilan memasaknya yang tak terduga menjadi penarik perhatian, dan ia pun dipilih oleh Yayasan untuk melanjutkan posisi juru masak sebelumnya, sebuah tongkat estafet yang Ayu terima dengan penuh kebanggaan dan dedikasi.
Dapur yang diawal hanya berdinding triplek dan berlantai tanah, menjadi saksi perjalanan Ayu. Meski peralatan dapur awalnya sederhana, Ayu selalu memasak dengan penuh semangat, mewujudkan hidangan terbaik untuk para santri dan santriwati.
Pada awalnya, Bu Ayu hanya ditemani oleh satu asisten di dapur. Namun, dengan berjalannya waktu, para santriwati mulai turut serta dalam proses memasak, membantu mengiris sayuran dan mempersiapkan makanan. Tangan trampil Bu Ayu menjadikan para santri makin percaya diri akan kemampuan memasaknya.
Berbelanja di pasar pagi hari, memasak dengan cinta, dan memastikan kebutuhan gizi para santri dan santriwati terpenuhi, Ayu melakukan semua itu dengan penuh sukacita. Ia menganggap pekerjaannya bukan sebagai beban, namun sebagai sebuah cinta dan dedikasi pada Sekolah Tahfidz dan para santrinya.
Seiring berjalannya waktu, dapur sederhana ini mendapatkan sentuhan perbaikan dan renovasi, menjadi lebih layak dan nyaman. Peralatannya juga lebih mumpuni. Ada rice cooker besar, presto, meja masak, dan peralatan masak lainnya. Karyanya beberapa hari lalu ditunjukkan ketika beberapa orang pengurus Yayasan dan penggiat datang ke Tunas Mulia. Mereka disuguhi soto kikil yang benar-benar empuk dan maknyus.
Yang masih menjadi agenda adalah peralatan pembuat kue dan oven ukuran sedang. Rencananya, Bu Ayu ingin mengembangkan ketrampilan dan naluri infaknya untuk membuat kue yang dijual di Kawasan sekitar. Itu untuk menambah pendapat Yayasan untuk kesejahteraan santri dan para pengasuhnya.
Meski penghasilan Bu Ayu masih di bawah rata-rata, Ayu merasa diberkahi, khususnya karena ia mendapatkan fasilitas tempat tidur untuk dirinya dan ketiga anaknya. Bu Ayu melihat pekerjaannya bukan hanya sebagai pekerjaan, namun sebagai bentuk 'investasi' untuk kehidupan selanjutnya.
Dia meyakini bahwa kebahagiaan terletak pada rasa syukur atas hal-hal kecil dalam hidup. Sebagai juru masak, Ayu bersyukur atas setiap pengalaman dan pelajaran yang telah diberikan oleh hidup ini. Semangat dan kegigihan Ayu menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.
Artikel Terkait
Nadam Dwi Subekti, Guru Anak-Anak Pemulung di Sekolah Alam Tunas Mulia, Bantar Gebang
Santri Yayasan Tunas Mulia, Bantar Gebang, Melakukan Safar ke Seaworld dan Masjid Sunda Kalapa
Aulia Damarin, Guru Tahfidz Qur'an, di Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang
PB PGRI Berkunjung ke Konjen RI di Istanbul: Menggali Informasi Sistem Sekolah dan Pendidikan di Turki
Bina Skill Kaum Muda, Komunitas Sanèè Neulop Kaphè Terbentuk di Jakarta
Rektor Universitas Moestopo Jajaki Kerja Sama dengan Universiti Malaya
Tanggapan dan Imbauan SAHI atas keberangkatan Kloter Pertama Jamaah Haji Indonesia 2023
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan Kuliah Kerja Lapangan Angkatan 20
Transformasi Hendra: Kisah Inspiratif Santri Tunas Mulia, Bantar Gebang