Inilah Tradisi yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa di Indonesia saat Malam Satu Suro

- Sabtu, 30 Juli 2022 | 11:46 WIB
Ilustrasi (Dok. Dodi)
Ilustrasi (Dok. Dodi)

KLIKANGGARAN -- Bulan Muharram dalam kalender hijriyah oleh masyarakat Jawa di Indonesia dikenal sebagai bulan "Suro" atau dalam bahasa Arab "Asyura".

Hari Asyura merupakan hari kesepuluh pada bulan Muharram dalam penanggalan kalender hijriyah, Asyura tersebut mengandung arti 'kesepuluh'.

Dikutip klikanggaran.com dari laman Kemendikbud, umumnya masyarakat Jawa di Indonesia melakukan tradisi ritual " lek lekan" atau tidak tidur semalam suntuk dengan mengisinya dengan memperbanyak doa dan perenungan saat malam satu suro tersebut tiba.

Baca Juga: Soal Praktik Mafia Tanah di Aceh Tenggara, Pengamat: Pemerintah Harus Serius

Beberapa orang Jawa lebih memilih untuk menghindari keramaian atau menyepi di tempat-tempat yang dianggap sakral saat momen malam satu suro.

Diketahui, bulan Suro merupakan awal bulan tahun dalam kalender Jawa, bulan tersebut dipercaya sebagai bulan yang suci atau sakral.

Maka tidak heran jika sebagian besar orang Jawa memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan rohani.

Baca Juga: Rp11,7 Miliar Dana Hibah KONI Maluku Tanpa Pertanggungjawaban, Kok Bisa?

Di sepanjang bulan Suro tersebut, masyarakat Jawa umumnya berupaya untuk dapat bersikap ingat terhadap kedudukannya sebagai hamba Tuhan.

Di bulan sakral tersebut masyarakat Jawa pantang melakukan tindakan keramaian seperti pesta hajatan yang mengundang orang banyak.

Di bulan 'spesial' tersebut juga menjadi bulan di mana manusia yang merupakan seorang hamba Tuhan, mengungkapkan rasa syukurnya terhadap Sang Pencipta dengan lebih 'menghidupkan' hatinya dengan memperbanyak dzikir dan intropeksi.*

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X