Perundungan atau Bullying? Stop Dua-Duanya!

photo author
- Selasa, 7 September 2021 | 05:00 WIB
Bullying atau Perundungan masih marak terjadi di masyarakat (Dok.pixabay.com/Anemone123)
Bullying atau Perundungan masih marak terjadi di masyarakat (Dok.pixabay.com/Anemone123)

Klikanggaran.com – Perlu diketahui, sampai dengan hari ini tindakan bullying atau perundungan masih sering terjadi di masyarakat, tak ketinggalan juga banyak terjadi di lingkungan sekolah. Mengingat betapa tindakan bullying atau perundungan merupakan tindakan yang sangat merugikan, maka tak ada salahnya jika kita tetap waspada, saling menjaga satu sama lain.

Tidak hanya merugikan korban, tindakan bullying atau perundungan juga merugikan bagi si pelaku. Ditambah lagi, pelaku bullying atau perundungan biasanya rentan mengalami masalah-masalah psikologis seperti masalah pengendalian emosi, sehingga ia akan kesulitan membangun relasi/hubungan sosial maupun hubungan romantis.

Biasanya, bullying atau perundungan terjadi di lingkungan sekolah, seperti di halaman sekolah, lapangan olahraga, kamar kecil, atau kantin. Akan tetapi, kemajuan teknologi informasi mengubah tempat bullying atau perundungan tradisional tadi ke dunia maya atau cyber. Sebab itu, istilahnya pun berubah menjadi cyberbullying.

Baca Juga: Ini Kata Sandiaga Uno Saat Menyawer Marching Band Opa-Oma di Desa Wisata Cisande

Istillah bullying dalam bahasa Inggris bermakna “masalah yang secara umum terjadi di sekolah, di mana beberapa murid menggunakan kekuatan mereka atau posisi penting mereka untuk menyakiti atau menyerang anak-anak yang lebih kecil atau lebih lemah”. Sedangkan definisi/arti kata 'rundung' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah v, me•run•dung v 1 mengganggu; mengusik terus-menerus; menyusahkan.

Perundungan sendiri dalam KBBI lebih dikenal dengan istilah yang memiliki arti proses, cara, perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai seorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah darinya, biasanya dengan memaksa untuk melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku.

Sebagaimana dilaporkan oleh Compact Research (2012), banyak ahli yang menilai cyberbullying lebih buruk daripada bullying tradisional. Alasannya adalah pelaku cyberbullying itu anonim (tidak diketahui siapa yang melakukannya), ketidakmampuan korban untuk lepas dari bullying tersebut, dan dapat mencapai audience dalam ukuran yang lebih besar.

Baca Juga: Masalah di RU IV Cilacap, Pertamina: Semua Rekomendasi BPK Telah Diselesaikan

Pelaku cyberbullying melecehkan korbannya melalui text message yang merendahkan, mengolok-ngolok korbannya dengan memalsukan akunnya dan mengisi halaman akun palsu itu dengan postingan yang tidak sesuai dengan keadaan si korban, memposting hal-hal yang ditujukan untuk merusak reputasi korbannya.

Survei menunjukkan seperlima anak-anak dan remaja di antara usia 10-18 tahun pernah menjadi pelaku dan korban bullying. Anak-anak muda yang ditanya tentang cyberbullying menjawab bahwa itu adalah masalah serius, mereka sekitar 75% anak muda yang berpartisipasi dalam survei tahun 2011 oleh MTV dan Assosiated Press. Survei itu juga mengungkapkan, sebanyak 56% partisipan survei pernah mengalami cyberbullying. Angka itu menunjukkan peningkatan sebanyak 6% dari tahun 2009.

Anak-anak yang menjadi korban cyberbullying biasanya menunjukkan perubahan personalitasnya dengan tidak mau berbicara dengan orang lain, “baper”, tidak mau sekolah, dan menjadi lebih pemarah setelah mengecek text message atau setelah on line di internet atau media sosial.

Baca Juga: Sandiaga Uno Sumbang Sepasang Domba Bernama AD dan Wi untuk Cisande, Apa Ya, Singkatannya?

Korban cyberbullying lebih mudah untuk depresi, kepuasan diri yang rendah, ada kemungkinan munculnya pikiran untuk melakukan bunuh diri. Sebab cyberbullying telah menyebar luas dan menjangkau remaja sehingga sangat sulit untuk dihentikan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah cara yang efektif, seperti peer to peer program dan presentasi di sekolah oleh orang yang kehilangan keluarganya, sahabatnya, temannya sebab cyberbullying.

Sumber: [KIP]

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

X