3. Berdasarkan adanya kelainan sel darah merah
Anemia hemolitik: Keadaan sel darah merah rusak atau mati lebih cepat dari biasanya. Sel darah merah mudah hancur dibanding proses pembentukan, sehingga jumlahnya tidak mencukupi. Akibatnya distribusi oksigen akan terganggu. Kondisi ini juga bisa terjadi karena riwayat orang tua. Pada kasus lain akibat dari beberapa masalah kesehatan seperti kanker darah, infeksi virus atau bakteri, efek samping obat-obatan atau autoimun. Jenis ini dibagi menjadi dua yaitu hemolitik jenis ekstravaskular dan hemolitik jenis intravaskuler.
Anemia hemolitik jenis ekstravaskular: Disebabkan sel darah merah dikeluarkan secara prematur ke sirkulasi tubuh dari liver atau limpa.
Anemia hemolitik jenis intravaskuler: Disebabkan oleh sel darah merah yang mengalami lisis di dalam sirkulasi tubuh. Contohnya pada kasus reaksi transfusi, kasus infeksi, dan akibat dari bisa ular.
Anemia hemolitik autoimun: Kondisi ketika sistem kekebalan menyerang sel darah merah.
Anemia aplastik: Terjadi ketika sel induk di sumsum tulang belakang tidak menghasilkan sel darah merah dengan cukup. Karena rusak bagian tubuh ini tidak bisa memproduksi sel darah merah dalam jumlah sesuai kebutuhan. Penyebabnya bisa karena konsumsi obat, penyakit autoimun, infeksi, penggunaan antibiotik dan paparan zat kimia beracun.
Anemia sideroblastik: Terjadi karena tidak memiliki sel darah merah yang cukup dan terlalu banyak zat besi dalam tubuh.
Anemia makrositik: Sumsum tulang membuat sel darah merah yang lebih besar dari ukuran normal yaitu MCV > 100 fl.
Anemia mikrositik: Terjadi ketika sel darah merah tidak memiliki hemoglobin yang cukup, sehingga volume sel darah merah lebih kecil dari ukuran normal (MCV
Baca Juga: SP BMJ Lakukan UNRAS di DPRD Batang Hari, Agar Mengkordinir MoU Mereka dengan Wings Group
Thalassemia: Kondisi bawaan lahir di mana produksi hemoglobin terganggu akibat adanya mutasi pada DNA yang berfungsi memproduksi hemoglobin. Akibat hemoglobin yang terbentuk tidak normal, maka sel darah merah memiliki usia yang lebih pendek dari normal dan mudah rusak. Thalassemia bisa terjadi karena factor keturunan. Jenis ini dapat dialami oleh seseorang apabila kedua atau salah satu orang tuanya memiliki kondisi atau riwayat kelainan yang sama.
Anemia normositik: Sel darah merah lebih sedikit dari biasanya dan tidak memiliki jumlah hemoglobin yang normal. Contohnya, kondisi akibat gagal ginjal, multiple myeloma, anemia aplastik, atau anemia akibat penyakit kronis dengan ukuran sel darah merah yang normal (MCV 80-100 fl).
Selain jenis-jenis di atas, ada juga anemia akibat masalah kesehatan kronis. Beberapa masalah kesehatan kronis juga dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah dan menyebabkan anemia pada pengidapnya. Beberapa masalah kesehatan kronis tersebut di antaranya seperti HIV/AIDS, kanker, penyakit ginjal, dan lain-lain.
Artikel ini diambil dari beberapa sumber, keterangan dokter, dan pengalaman keluarga terdekat Klikanggaran. Salam sehat selalu, semoga bermanfaat. Terima kasih jika Sobat Klik bersedia membagikan link artikel ini pada teman dan keluarga. ***