Akurasi dari alat tes Virus Corona baru di China sebetulnya sempat dipertanyakan Gedung Putih. Koordinator Respons Virus Corona Gedung Putih, Dr. Deborah Birx, menyindir ada alat tes yang hasilnya menyesatkan, sehingga AS memilih mengembangkan sendiri.
"Hal itu tidak membantu jika ada tes yang 50 persen atau 47 persennya adalah false positive," ujar Birx. "Bayangkan memberi tahu seseorang mereka positif HIV dan ternyata sebenarnya tidak," ujar Dr. Birx pekan lalu.
[Liputan6]
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Penggunaan alat yang tak valid bisa berbahaya karena mengecoh pengguna. Efeknya, penularan Corona bisa semakin luas.
Melaluo Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Indonesia memesan 500.000 alat rapid test corona dari Tiongkok. Pemesanan dalam jumlah besar itu agar proses uji covid-19 dalam berlangsung cepat dan murah. Dan alat uji covid-19 iini sudah masuk ke indonesia dan di pakai di beberapa daerah juga.