Jakarta, Klikanggaran.com (16/10/2017) - Publik akan semakin heran, dan tentu saja akan memicu timbulnya rasa ingin tahu lebih dalam, lalu muncul pertanyaan, “Persoalan apa sih, yang telah mendera Holding Perkebunan PTPN III dengan anak-anak usahanya dari PTPN 1 sampai dengan PTPN XIV?
Hal tersebut terkait pertanyaan sederhana yang dilontarkan pengamat perkebunan Mara Salem Harahap baru-baru ini, yaitu seputar realisasi dari isi RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) dalam bentuk RKO (Rencana Kerja Operasi) per tiga bulan, yang dibuat oleh Direksi Holding. Diketahui, mereka juga yang mengarahkan pelaksanaannya sesuai isi RKAP yang sudah disetujui oleh Kementerian BUMN, dan diputus dalam RUPS. Bahkan, semua direksi dan komisaris yang ditugaskan menjalankan RKAP itu juga diusulkan person-personnya oleh Dewan Komisaris Holding kepada Menteri BUMN melalui Deputi Bidang Usaha Argo dan Farmasi.
Atas kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, berpendapat bahwa apa yang ditanyakan Mara Salem itu sebenarnya sangat sederhana, dan tidak ada yang di luar isi RKAP. Artinya, selevel pendidikan sekolah dasar yang bekerja di lingkungan perkebunan, menurt Yusri tentu akan sangat mudah menjawabnya. Tetapi, menjadi aneh dan lucu di mata Yusri Usman, ketika direksi yang sekolahnya sudah tinggi-tinggi di luar negeri dan sudah lama bekerja di holding perkebunan, ternyata tak bisa menjawab sepatah dua kata pun.
“Padahal mereka banyak waktu untuk bisa mengerpek (open book) jawabannya dari data-data yang mereka buat dan miliki sendiri, tanpa ada pengawas ujian seperti saat kita ujian akhir SMP dan SMA,” kata Yusri Usman pada Klikanggaran.com di Jakarta, Minggu (15/10/2017).
Menurut Yusri, dari perspektif materi pertanyaan memang sederhana, tapi pasti menohok, dan tak mampu dijawab oleh Direksi Holding, Erwan Pelawi. Hal itu akan berakibat, publik semakin merasa yakin, ada persoalan besar dan rumit telah terjadi di Holding Perkebunan ini. Menurutnya,publik sudah banyak terkecoh oleh komburkombur Direksi di media-media, seolah kinerja holding semakin baik dalam mentransformasikan proses bisnisnya dengan dibungkus istilah keren seperti "on farm dan off farm".
“Supaya dibilang hebat, bahwa holding perkebunan sekarang kinerjanya sudah melompat ke tahapan kelas dunia. Padahal kenyataannya di balik itu, banyak tersingkap aroma busuk yang kalau salah-salah mengelolanya, bisa jadi holding perkebunan ini terancam bangkrut. Jangankan bertanding di kelas dunia, di kelas tarkam (antar kampung) saja bisa kalah jauh dengan perusahaan kebun swasta, baik produksi dan kemampuan mencetak labanya,” ujar Yusri.
Akhirnya, pengamat kebijakan energi ini bersedia buka suara agar semua tahu, apa sih pertanyaan yang sudah disampaikan oleh Mara Salem kepada Direksi Holding perkebunan? Berikut pertanyaan Mara Salem seperti yang diungkapkan oleh Yusri Usman:
1. Apakah dalam RKAP Holding PTPN III tahun 2016 dan tahun 2017 yang telah disetujui oleh Kementerian BUMN dan RUPS soal pemupukan semua tanaman di seluruh kebun hanya dilakukan sekali setahun, atau dua kali setahun?
2. Saya mendengar info bahwa sampai bulan Oktober ini pemupukan semester 1 tahun 2017 masih berlangsung sampai saat ini di kebun-kebun. Apakah info itu benar? Kalau benar, mengapa bisa sangat terlambat?
3. Apakah benar beberapa PKS di PTPN IV Sumut tidak beroperasi, seperti PKS Mandoge, Mayang, Dolok Sinumbah, Gunung Bayu, Bah Jambi, dan Dolok Ilir? Kenapa bisa begitu banyak PKS tidak beroperasi?
4. Apakah benar beberapa PKS milik PTPN III di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Sumut rusak seperti PKS Torgamba dan PKS Aek Nabara? Sehingga banyak TBS dari kebun-kebun di sekitar PKS Sumut tersebut terpaksa dibawa ke PKS Tanah Putih Kecamatan Balai Raya di Kabupaten Rokan Hilir milik PTPN V Riau yang rencanannya 5000 ton per hari. Tetapi, PTPN V Riau hanya menyanggupi 1000 ton per hari. Kalau info ini benar, kenapa bisa begitu dan berapa potensi kerugiannya??
5. Berapa volume total restan TBS saat ini yang diakibatkan oleh pengangkutan buah dari kebun-kebun terkendala ke PKS dan telah rusaknya beberapa PKS yang tidak bisa mengolah TBS? Kemudian, kalaupun dititip olah di PKS terdekat, tentu juga tidak bisa maksimal, karena PKS tersebut juga sudah punya jatah mengolah buah sawit dari kebun sekitarnya. Apa solusinya kalau kondisi seperti ini terjadi?
6. Bagaimana perkembangan beberapa PKS di PTPN XIII akibat membeli pintu rebusan barang bekas dan sudah pernah kami beritakan? Apa tindakan Holding terhadap Direksi PTPN XIII, dan bagaimana dengan kasus kebun fiktif di PTPN XIII?
Yusri mengatakan, bahwa dari 6 pertanyaan yang diajukan Mara Salem pada tanggal 14 Oktober 2017 sekitar jam 11.00 WIB di atas, ternyata tidak dijawab satu pun oleh Direksi Holding Perkebunan, Erwan Pelawi. Semua pertanyaan itu menurut Yusri telah diketahui juga oleh Dirut Holding (Dasuki Amsir), Komut Holding (Joefly Bahruni), dan Deputi Meneg BUMN (Wahyu Kuncoro). Dan, sampai dengan tulisan ini dimuat, menurut Mara Salem, belum terjawab juga.