Beberapa PKS PTPN III dan PTPN IV Rusak, Ribuan Ton Sawit Busuk Setiap Hari

photo author
- Rabu, 25 Oktober 2017 | 03:46 WIB
images_berita_Okt17_TIM-PKS-1
images_berita_Okt17_TIM-PKS-1

Jakarta, Klikanggaran.com (25/10/2017) - Nasib buruk terkait kinerja anak usaha Holding Perkebunan PTPN IV, sepertinya tak lama lagi akan segera menyusul nasib buruk yang sudah dialami PTPN II, PTPN XIII, dan PTPN XIV. Hal ini disampaikan oleh Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), bukan tanpa alasan. Menurut Yusri, semua itu terjadi akibat salah kelola.

“Jangankan mencetak laba, bayar gaji untuk pegawai pun sulit. Padahal sekitar 8 tahun yang lalu posisi kinerja keuangan PTPN IV paling sehat, dan menyumbang laba besar ke negara. Dan, kinerja keuangannya sering salip-salipan dengan PTPN III, namun sekarang kinerjanya sudah di bawah PTPN V dan PTPN VI,” ungkap Yusri sebelum memaparkan kondisi-kondisi buruk yang dia maksudkan, pada Klikanggaran.com di Jakarta, Rabu (25/10/2017).

Tetapi apa yang hendak dikata, lanjut Yusri, kini nasib buruk telah menimpa, dan hal tersebut menurutnya tak lain adalah akibat Kementerian BUMN salah menempatkan orang di pucuk pimpinan, yang tidak sesuai bidang kompentensinya.

Yusri memberikan contoh, penempatan Siwi Peni sebagai Dirut PTPN IV misalnya, diduga bermasalah dan melanggar ketentuan Peraturan Menteri BUMN soal tata cara pemilihan direksi dan komisaris. Selain karena dia berlatarbelakang dari pegawai BNI, sebelumnya sempat diangkat sebagai Direktur Keuangan PTPN III. Dan, ternyata pelanggaran lain yang dilakukan adalah, Siwi Peni diangkat menjadi Direktur Utama PTPN IV, tidak melalui usulan yang lazim dan tak melalui mekanisme "fit and proper test". Menurut Yusri, biasanya siapapun yang diusulkan harus diawali oleh Dewan Komisaris PTPN IV ke Holding Perkebunan, dan diteruskan kepada Menteri BUMN melalui Deputi Bidang Agro dan Farmasi, agar mendapatkan persetujuan.

“Ternyata proses itu tidak dilalui, entah dari mana tiba-tiba diduga ada tekanan kepada Kementerian BUMN agar Siwi Peni yang ditunjuk sebagai Direktur Utama PTPN IV. Proses seperti inilah akan semakin memperburuk kinerja PTPN IV,” sesal Yusri.

Kondisi tersebut diperparah dengan Direktur Operasional yang dijabat oleh Rediman Silalahi yang mantan Kabag Tehnik PTPN III dan dalam penilaian Yusri, tak memahami tehnik budaya tanaman. Maka menurut Yusri, semakin sempurna tanda-tanda kehancuran kinerja keuangan PTPN IV. Sehingga sulit dibantah, pelanggaran yang nyata diduga dilakukan oleh Deputi BUMN Wahyu Kuncoro yang merangkap Wakil Komisaris BNI, telah memaksa menempatkan beberapa orang BNI puncak sebagai Dirut. Seperti Siwi Peni di PTPN IV, Dasuki Amsir yang berasal dari BNI dan tidak punya prestasi apapun selama menduduki Direktur Utama PTPN IV, tetapi bisa dikondisikan duduk sebagai Direktur Utama Holding Perkebunan. Dan, Yusri menekankan, hal ini terjadi juga di beberapa PTPN lainya.

“Jadi tak heran kita, saat ini hampir di semua kebun Holding Perkebunan produksi semua tanaman turun drastic. Hal ini disebabkan pemotongan anggaran yang melanggar RKAP yang sedang gencar dikerjakan oleh Dasuki Amsir sebagai Dirut Holding. Semua anak usaha ditergetkan mencatat laba dengan cara kurang benar, yaitu memotong anggaran yang tak wajar. Seharusnya target mencetak laba itu dengan menggenjot produksi dan memberi pupuk sesuai standar yang dikeluarkan oleh PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit), bukan pandai-pandaian yang tak ada alasan bisa dipertanggungjawabkan secara tehnis bidang tanaman,” urai Yusri.

Maka, tak heran bagi Yusri, jika prinsip PAO (Panen Angkut dan Olah) telah terabaikan hampir di semua unit kebun dan menyebabkan restan TBS (Tanda Buah Segar) meningkat dan rendemen CPO dari PKS rendah. Seperti contoh kecil, apa yang terjadi di PKS Langkat, ratusan ton TBS berubah menjadi Tangkos akibat tidak terolah di PKS. Dan, Tangkosnya pun dari hasil pengamatan Yusri tak terangkut, karena persoalan ongkos angkut terlalu murah alias tak wajar.

Lihat bukti video di bawah ini

Video PKS di Langkat dengan TBS berubah jadi Tankos yang tak termanfaatkan

Sekali lagi Yusri menekankan, ini terjadi hampir di semua kebun anak usaha Holding. Padahal Tangkos /TTKS (Tanda Kosong Kelapa Sawit) ini bermanfaat sebagai pupuk mulsa, sebagai alternatif pupuk organik bagi tanaman sawit untuk meningkatkan produksinya, tetapi tidak digunakan dan menjadi sia-sia.

-

(Kondisi TPH dan jalan di kebun Ajamu yang terendam banjir)

“Lihatlah bukti gambar TBS di kebun Ajamu yang membusuk dan banjir di lokasi yang bisa menghambat proses angkut TBS ke PKS. Dan, beberapa PKS PTPN III (Torgamba dan Aek Nabara) yang rusak, sehingga sekitar 1000 ton per hari diolah di PKS milik PTPN V di Rokan Hilir dari permintaan 5000 ton per hari, karena PTPN V harus mengolah TBS dari kebunnya sendiri. Betapa besar kerugian yang dialami PTPN III,” tandas Yusri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kit Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

X