KLIKANGGARAN --- Satu lagi puteri asal Luwu Utara yang mencoba peruntungannya di ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulawesi Selatan mewakili Kabupaten Luwu Utara.
Adalah Karnita Ratu Sarungu. Gadis 23 tahun ini akan mengikuti Pemilihan Puteri Indonesia, kontes kecantikan terbesar tingkat Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Ratu, begitu Karnita akrab disapa, membawa misi bertema “Cinta Budaya Melalui Rongkong”. Ia menyebutnya dengan istilah #RATUCAN, yang merupakan akronim dari “Ratu to Collaborate, Educate, and Give a Change”.
“Saya menyebut tema advokasi saya sebagai #RATUCAN, yaitu sebuah gerakan yang saya bawa sebagai bentuk kecintaan saya terhadap warisan leluhur Luwu Utara, yaitu Batik Rongkong,” kata Ratu, Sabtu (22/11/2025), di Masamba.
Tak salah kemudian ia mengangkat tema tersebut pada ajang Pemilihan Puteri Indonesia Sulsel. Pasalnya, Luwu Utara merupakan daerah yang sangat kaya akan budaya dan pariwisata.
Salah satu kekayaan budaya lokal yang dimiliki Luwu Utara adalah tenun Rongkong yang kemudian dijadikan sebuah batik yang sangat indah memesona yang disebut sebagai Batik Rongkong.
Diketahui, tenun Rongkong telah mendapatkan mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dari Kementerian Hukum dan HAM pada 3 Februari 2020 silam. Sehingga ada jaminan atas perlindungan hak cipta tenun Rongkong.
Itulah kemudian salah satu yang mengilhami Ratu untuk melestarikan kekayaan budaya Luwu Utara ini pada kontes kecantikan yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 silam tersebut.
“Bagi saya, Batik Rongkong bukan sekadar kain. Ia merupakan cerita hidup tentang alam, nilai kebersamaan, serta kearifan leluhur yang diwariskan dengan penuh kesabaran,” jelasnya.
Kendati demikian, di tengah arus transformasi kehidupan yang mengedepankan teknologi, terjadi perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya adalah budaya.
Di mana, di tengah derasnya perkembangan zaman, keindahan budaya lokal kini mulai memudar seiring perkembangan peradaban manusia. Salah satunya adalah hilangnya semangat pelestarian budaya dari ingatan generasi muda.
Nah, melalui advokasi tersebut, alumnus Universitas Cokroaminoto Palopo ini berkeinginan untuk menghadirkan kembali keanggunan Batik Rongkong sebagai identitas dan kebanggaan daerah.
“Gerakan ini saya wujudkan melalui tiga pilar utama, seperti yang saya sebutkan di awal tadi, yaitu #RATUCAN, dengan melibatkan tiga dimensi, yaitu kolaborasi, edukasi, dan perubahan,” jelasnya.