Menurutnya, meski efeknya kali ini tidak merusak, fenomena itu tetap menjadi pengingat bahwa Indonesia bukan wilayah yang kebal dari kejadian langit seperti ini.
Meteor Cirebon, kata Thomas, berukuran antara 3 hingga 5 meter—cukup besar untuk memunculkan efek visual dan akustik yang memukau.
Antara Takjub dan Waspada
Peristiwa ini memunculkan reaksi beragam dari masyarakat: sebagian kagum, sebagian lain merasa cemas.
Namun bagi kalangan ilmuwan, fenomena semacam ini merupakan kesempatan berharga untuk meneliti interaksi antara atmosfer bumi dan benda langit.
“Fenomena seperti ini bisa menjadi laboratorium alami untuk memahami dinamika atmosfer dan energi benda langit saat memasuki bumi,” tukas Thomas.
Ia juga memastikan bahwa BRIN kini tengah mengumpulkan data lanjutan, termasuk memetakan potensi lokasi jatuhnya fragmen meteor jika memang ditemukan bukti materialnya.
Fenomena langit di Cirebon ini menjadi pengingat, betapa menakjubkan sekaligus rapuhnya hubungan bumi dengan ruang angkasa yang terus bergerak di atas kepala kita.**