(KLIKANGGARAN) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap ratusan produk berbahan baja dan aluminium. Kebijakan ini resmi dipublikasikan oleh Departemen Perdagangan AS sebagai bagian dari strategi dagang Presiden Donald Trump.
Sejak awal menjabat, Trump sudah lebih dulu mengenakan tarif sebesar 10 persen terhadap hampir semua mitra dagang, bahkan lebih tinggi bagi puluhan negara seperti Uni Eropa dan Jepang. Kini, kebijakan itu diperluas hingga mencakup lebih dari 400 kategori produk.
Produk-produk yang masuk daftar meliputi turbin angin, buldoser, peralatan industri berat, hingga kebutuhan sehari-hari seperti furnitur, gerbong kereta, serta komponen otomotif. Total ada 407 jenis barang dengan bea masuk baru sebesar 50 persen untuk kandungan baja dan aluminium di dalamnya.
Pejabat Kementerian Industri dan Keamanan AS, Jeffrey Kessler, menegaskan bahwa aturan ini berlaku efektif segera. Menurutnya, sejumlah produk yang termasuk ke dalam kebijakan tarif terbaru di antaranya adalah suku cadang otomotif, baja listrik untuk kendaraan listrik, serta peralatan industri seperti pompa dan kompresor.
"Langkah ini memperluas cakupan tarif baja dan aluminium serta menutup celah penghindaran. Kami ingin mendukung revitalisasi industri baja dan aluminium Amerika,” ujar Jeffrey sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, pada Rabu, 20 Agustus 2025.
Namun, kebijakan ini langsung memantik protes keras dari sejumlah produsen otomotif asing. Mereka menilai kapasitas produksi dalam negeri AS masih terbatas untuk memenuhi permintaan pasar, sehingga tarif tambahan justru bisa mengganggu rantai pasok global.
Sebaliknya, perusahaan baja lokal seperti Cleveland-Cliffs justru menyambut baik kebijakan ini. Perusahaan tersebut sebelumnya mengajukan petisi agar lebih banyak komponen otomotif dikenai tarif tinggi.
Walaupun ada beberapa sektor yang mendapat pengecualian berbasis negara, banyak lainnya tetap terdampak melalui skema tarif alternatif. Situasi ini diperkirakan menambah biaya operasional bagi perusahaan yang masih sangat bergantung pada bahan baku impor.
Dampak kebijakan ini mulai dirasakan di sektor retail. Home Depot, salah satu peritel terbesar di AS, mengumumkan adanya penyesuaian harga.
“Akan ada pergerakan harga moderat di beberapa kategori produk,” kata Chief Financial Officer Home Depot, Richard McPhail dikutip dari laporan yang sama.
Produsen furnitur global Procter & Gamble juga sudah mengumumkan langkah serupa. Perusahaan itu menyebut sekitar seperempat produknya yang beredar di pasar akan mengalami kenaikan harga.