KLIKANGGARAN --Presiden Iran, Ebrahim Raisi, meminta negara-negara BRICS untuk menunjuk Israel dan pasukan militernya sebagai organisasi teroris karena diduga melakukan kejahatan perang terhadap Palestina. Pada Pertemuan Gabungan Luar Biasa tentang Situasi Timur Tengah yang diadakan secara online di Gaza pada hari Selasa, dia mengajukan permintaan tersebut.
Russia Today melansir, Raisi, yang secara resmi bergabung dengan BRICS pada bulan Januari, meminta pertemuan darurat untuk membahas perang Israel di Gaza. Dia meminta anggotanya untuk menggunakan kekuatan mereka untuk menghentikan "pengepungan" Israel di Gaza dan memastikan bantuan kemanusiaan dikirim dengan aman.
"Rezim palsu ini harus diakui sebagai rezim teroris dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris," katanya, meminta anggota blok BRICS untuk mengakui hak negara Palestina untuk membela diri sambil memutuskan hubungan dengan Yerusalem Barat.
Raisi mengatakan, "Sehubungan dengan kejahatan yang terus-menerus [dilakukan] oleh dan sifat rasis dari rezim palsu Israel, negara-negara bebas [di seluruh dunia] mengharapkan semua pemerintah, terutama negara-negara anggota BRICS, untuk segera mengangkat isu pemutusan hubungan politik, ekonomi, dan militer dengan Israel rezim ini menjadi agenda utama."
Presiden Iran menyarankan agar negara-negara BRICS melakukan investigasi tentang dugaan penggunaan fosfor putih ilegal oleh Israel terhadap warga sipil.
Raisi menyatakan bahwa Iran akan mendukung upaya Afrika Selatan dan empat negara lainnya di Pengadilan Kriminal Internasional untuk menentukan apakah kejahatan perang telah dilakukan di Gaza.
Namun, dia menegaskan bahwa pengajuan tersebut juga harus membuat AS bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak yang dilakukan Israel di wilayah tersebut.
Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa Israel telah membunuh lebih dari 13.500 warga Palestina di Gaza sejak memulai perang terhadap Hamas bulan lalu, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak.
Dikatakan bahwa setidaknya 6.000 orang lebih telah hilang dari wilayah kantong tersebut. Israel menganggap pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap wilayah yang diblokade sebagai tanggapan terhadap serangan tiba-tiba lintas batas Hamas, yang pada 7 Oktober membunuh 1.200 warga Israel.
Pertemuan puncak virtual hari Selasa, yang diselenggarakan oleh Afrika Selatan, dihadiri oleh para pemimpin negara-negara anggota BRICS serta anggota baru Arab Saudi, Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, dan UEA.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pada hari Selasa bahwa para diplomat belum punya waktu untuk membuat pernyataan yang lengkap tentang konflik, meskipun para peserta diperkirakan akan mengeluarkan pernyataan bersama. (MK)
Artikel Terkait
Perang Israel-Hamas Menyebabkan Ukraina Kehabisan Persenjataan Artileri, Pentagon Meningkatkan Pengiriman Senjata ke Gaza
Batalkan Perayaan Natal 2023, Betlehem : Warga Kami Dibantai dengan Darah Dingin
Saham-saham Big Tech Tiongkok Anjlok Menyusul Penurunan Besar Alibaba setelah Pembatalan Pemisahan Bisnis Cloud
Israel Akan Alami Kemerosotan Ekonomi yang Tajam setelah Konflik dengan Hamas akan Berdampak Negatif terhadap PDB pada Tahun 2023 dan 2024
UPDATE GAZA, Puluhan Bayi Prematur dalam Kondisi Kritis Dievakuasi dari RS Al Shifa, Ratusan Pasien di RS Masih Kritis
Presiden Rusia, Vladimir Putin, Akan Mengambil Bagian dalam KTT G20 Virtual yang Diselenggarakan oleh India, Kita Tunggu Saja
Situasi di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Adalah Bencana, 700 Pasien dan Staf di Dalam Rumah Sakit, selain Pengungsi Palestina yang Berlindung
Penjaga Perbatasan India Jatuhkan Drone Pembawa Narkoba dari Pakistan yang Melintasi Wilayah India