Mahalnya Sistem Pertahanan Saudi Tak Mampu Melawan Drone

photo author
- Rabu, 18 September 2019 | 18:35 WIB
serangan drone
serangan drone


Klikanggaran.com, JAKARTA--Serangan rudal jelajah dan drone yang berbiaya rendah terhadap fasilitas produksi minyak Arab Saudi membuktikan bahwa miliaran dolar anggaran yang dihabiskan oleh Arab Saudi untuk perangkat keras militer Barat yang canggih yang terutama dirancang untuk mencegah serangan dari udara telah terbukti tidak cocok untuk pertahanan negara tersebut.


Serangan pada Sabtu lalu  terhadap fasilitas minyak Saudi yang mengurangi separuh produksi telah mengungkapkan betapa tidak siapnya negara Teluk itu untuk mempertahankan diri meskipun negara tersebut telah melakukan serangan berulang-ulang terhadap aset vital selama empat setengah tahun ke dalam perang di Yaman yang merupakan negara tetangganya.


Arab Saudi dan Amerika Serikat mengatakan mereka yakin Iran, musuh bebuyutan kerajaan itu, mungkin di balik serangan itu. Pada hari Selasa, seorang pejabat AS mengatakan Washington yakin serangan itu berasal dari Iran barat daya. Tiga pejabat AS mengatakan bahwa serangan itu melibatkan rudal jelajah dan drone.


Teheran telah membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa Yaman yang menentang pasukan pimpinan Saudi yang melakukan serangan itu. Gerakan Houthi yang berpihak pada Iran di Yaman mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan itu.


Iran mempertahankan kemampuan rudal balistik dan jelajah terbesarnya di Timur Tengah yang dapat membanjiri hampir semua sistem pertahanan rudal Saudi, menurut CSIS, mengingat kedekatan geografis Teheran dan pasukan proksi regionalnya.


Tetapi, serangan yang bahkan lebih terbatas telah membuktikan terlalu banyak untuk Arab Saudi, termasuk serangan yang baru-baru ini dilakukan oleh Houthis terhadap bandara sipil, stasiun pompa minyak dan ladang minyak Shaybah, dan Houthis mengklaim serang tersebut sukses.


“Kami terbuka. Setiap fasilitas nyata tidak memiliki jangkauan nyata, ”kata sumber keamanan Saudi.


Serangan 14 September terhadap dua pabrik milik raksasa minyak negara Saudi Aramco merupakan yang terburuk di fasilitas minyak regional sejak Saddam Hussein membakar sumur minyak Kuwait selama krisis Teluk 1990-91.


Perusahaan Saudi Aramco mengatakan pada hari Selasa bahwa produksi akan kembali normal lebih cepat daripada yang ditakutkan pada awalnya, tetapi serangan itu mengejutkan pasar minyak.


Riyadh mengatakan hasil awal menunjukkan senjata yang digunakan adalah berasal dari Iran tetapi lokasi peluncuran masih belum ditentukan.


Pihak berwenang awalnya menetapkan drone, tetapi tiga pejabat A.S. mengatakan serangan tersebut menggunakan rudal jelajah dan droneyang  menunjukkan tingkat kerumitan dan kecanggihan yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.


[emka]


 


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X