Klikanggaran.com: Dalam laporannya, Reuters menyampaikan pengakuan seorang pedagang besi tua di Provinsi Helmand, di selatan Afghanistan yang membeli selongsong peluru dengan harga sekitar 175 Afghani ($ 2,55) per kilo dan menyataakan tidak memiliki kesulitan menemukan pasokan dari tentara dan polisi yang mencari uang tambahan sebab gajinya yang sangat rendah.
Jika tentara dan polisi itu tidak memiliki cukup uang di tangan, mereka akan dengan senang hati menembakkan senjata mereka selama 5-10 menit sampai mereka memiliki apa yang mereka butuhkan.
"(Jual beli selongsong peluru) Ini adalah bisnis yang baik sekarang dan ada pembeli yang menunggu di daerah yang berbeda," kata pedagang itu, seperti dikutip Reuters.
Hal ini eiring dengan laporan resmi dari media, bahwa beberapa tentara dan polisi bahkan menjual senjata dan amunisi ke Taliban. Tentu saja, hal itu merupakan masalah bagi para komandan pasukan Afganistan dan berusaha untuk meningkatkan kontrol pada pasokan penting seperti bahan bakar dan amunisi.
Seorang perwira senior Afghanistan di bagian teknis dan senjata, yang tidak mau disebutkan namanya karena ia tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka, mengatakan bahwa pasukan di Helmand dan provinsi utara Kunduz menembakkan 7.000 peluru artileri pada bulan Mei saja. Petugas lain, seorang komandan di Helmand yang tiba di propinsi itu enam bulan lalu, memperkirakan 8 dari 10 tentara menjual selongsong amunisi.
"Seratus persen, hal itu terjadi," kata dia, juga berbicara secara anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Meskipun upaya terakhir untuk meningkatkan upah dan kondisi untuk tentara Afghanistan terus dilakukan, tetapi moral tetap jadi masalah, mengingat mereka harus terus bertugas selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tanpa cuti, tetapi penghasilan sekitar $ 200 per bulan.
[editing: @mang_kamil]