Go public terdiri dari dua kata, yaitu go dan public.
Go public memiliki arti "menjadi umum"
Bagaimana jadinya jika sesuatu yang milik pribadi menjadi milik bersama?
Jika itu adalah sesuatu yang "intim" tentu tidak akan pernah dibagikan kepada orang lain karena ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, misalnya seperti video pribadi (?)
Tapi bagaimana jika usaha keluarga menjadi milik bersama (go public) tentunya ini bukan keputusan yang mudah dan ini pasti memiliki alasan-alasan tertentu, salah satu alasan umumnya adalah untuk mendapatkan dana segar. Salah satu keuntungan perusahaan yang melakukan go public atau Initial Public Offering (IPO) yaitu berkesempatan untuk naik kelas. Setelah IPO, perseroan memiliki ruang pendanaan dan pasar yang lebih luas, oleh sebab itu mereka memerlukan tambahan modal untuk mengembangkan usahanya.
Dan ini adalah beberapa perusahaan besar yang produknya cukup dekat dengan kehidupan kita tapi belum Go Public.
1. Wings Group, Memasuki usia ke 61 tahun, perusahaan induk yang juga merupakan saingan dari Indomie ini belum berniat untuk melakukan penawaran perdana alias masih nyaman menjadi perusahaan keluarga. Sang pendiri, Harjo Susanto pun dinobatkan sebagai crazy rich tertua di Indonesia. Sejak awal pendirian, Wings Group secara konsisten menghasilkan produk-produk kebutuhan rumah tangga (consumer goods) dimana sabun colek menjadi produk pertamanya di tahun 1949. Padahal, Unilever, perusahaan asal Belanda-Inggris yang menjadi rival Wings Group sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (dulu Bursa Efek Jakarta)
2. Lion Air (PT Lion Mentari Airlines) Mulai mengudara pada tahun 2000, Lion Air baru berencana melakukan Initial Public Offering pertengahan tahun 2019, tetapi rencana tersebut dibatalkan. Alasannya kurang persiapan dan menunggu timing yang pas. Diawal tahun 2020 ini kembali muncul kabar kalau si singa merah akan melakukan IPO pada Kuartal I, tetapi melihat kondisi yang terjadi saat ini dan bagaimana terpukulnya industri penerbangan karena pandemi sepertinya rencana tertentu lagi.
3. PT Sinar Sosro
Apapun makananannya minumnya tetap….
Teh kesukaan ternyata belum kepikiran untuk IPO. Perusahaan keluarga yang merilis produk pertamanya di tahun 1965 dengan nama Teh Cap Botol ini masih setia untuk tidak berbagi kepemilikan dengan publik meskipun sekarang sudah punya holding company.
4. Kapal Api Global Kopi instan yang selalu ada dipajangan warkop atau burjo ini juga belum ada aromanya akan melantai di bursa. Padahal produknya sudah terdiversifikasi sampai 100 jenis dan didistribusikan ke 68 negara.
5. Rokok Djarum sukses mengahantarkan pemiliknya menyandang gelar orang terkaya di Indonesia versi Forbes. BCA adalah salah satu perusahaan grup Djarum yang melantai di Bursa Efek sebagai milik publik.
Selain itu, masih banyak BUMN diarea strategis yang belum melakukan go public, seperti : Pertamina, PT KAI, hingga Angkasa Pura.