Webinar Prodi Pendidikan Sejarah UNJ: Jawasentrisme, Film, dan Novel Sejarah

photo author
- Rabu, 23 September 2020 | 13:24 WIB
prodi sejarah
prodi sejarah


Jakarta, Klikanggaran--Prodi S1 Pendidikan Sejarah FIS UNJ kembali melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) secara daring bekerjasama dengan MGMP Sejarah Kabupaten Karawang. Kegiatan berbentuk Webinar ini dihadiri oleh 50 orang guru sejarah se-Kabupaten Karawang dan dimoderatori oleh Firdaus Hadi Santosa, M. Pd. Hadir pula dalam kegiatan ini, Drs. Ateng Rasihudin, M. Pd dan Drs. Agus Setiawan, M. Pd sebagai Ketua dan Pembina MGMP Sejarah Kabupaten Karawang.


Di awal pembahasannya, Humaidi, S. Pd, M. Hum yang sekaligus Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah UNJ memaparkan isu-isu terkini dalam pembelajaran sejarah. Baik isu draft kurikulum yang mereduksi pelajaran sejarah, isu sejarah yang cenderung jawasentris dan isu yang menyebut bahwa pembelajaran sejarah didominasi sejarah perang.


Humaidi menegaskan bahwa insan sejarah sepatutnya mendorong pelajaran sejarah menjadi hal yang penting dan kewajiban, bukan dijadikan pilihan, dikurangi atau digabung dengan pelajaran lainnya.


Sejarah yang jawasentris juga merupakan isu yang tidak benar, karena pembelajaran sejarah di sekolah saat ini sudah proporsional membahas sejarah luar jawa. "Siswa juga diajarkan mengenai sejarah kerajaan luar jawa, perang tondano, Frans Seda, Frans Kaisiepo, Syarif Kasim, Kesultanan Aceh, Banjar, Ternate, Makassar dan sebagainya", tuturnya.


Pembelajaran sejarah perang juga dinilainya tidak dominan. "Sejarah itu mengajarkan apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya. Mengajarkan sejarah kedatangan kolonialisme, tanpa menyebut peperangan atau perlawanan, itu sama saja bahwa kita menerima kolonialisme dengan gembira", katanya. Dengan demikian, pembelajaran sejarah perang, karena merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia, mustahil dihilangkan. Namun, tidak perlu khawatir, porsi perang pun tidaklah banyak. Dalam pembelajaran, juga dibahas sejarah sosial, ekonomi, diplomasi dan kebudayaaan. Jadi, tidak melulu perang.


Selanjutnya, humaidi menjelaskan mengenai arti penting sejarah lisan sebagai bagian penelusuran penulisan atau pengkajian sejarah lokal. Sejarah lisan diperlukan, mengingat tidak semua masyarakat memiliki dokumen yang dapat menjelaskan sejarah lokalnya.


Pada bagian kedua, Drs. R. Wisnubroto, M. Pd memaparkan bahasan mengenai bedah film sejarah. Dalam proses pembelajaran sejarah, media berupa film dapat menghantarkan siswa untuk mendapatkan gambaran peristiwa sejarah. "Bahkan, ada juga yang mendapatkan kefahaman sebuah peristiwa, setelah menonton film sejarah", tuturnya.


Lewat membedah film sejarah, kita dapat mengurai beragam fakta, mulai dari siapa, apa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana. Bahkan karena film mengandung satu jalan cerita, kita akan mendapatkan satu perspektif dalam bagian interpretasi sebuah peristiwa sejarah. Demikian, Wisnubroto melanjutkan paparannya.


Pada kesempatan ketiga, Drs. Abrar, M. Hum dan M. Hasmi Yanuardi, SS, M. Hum memaparkan perihal sumber tulisan sebagai sunber sejarah lokal. Dalam presentasinya, Abrar menjelaskan beragam sumber sejarah tertulis berupa dokumen, arsip, otobiografi serta novel dan komik sejarah.


Abrar menyatakan bahwa pengembangan sumber tertulis dapat dilakukan guru dengan cara membuat dan mamanfaatkan bahan ajar selain buku teks. Sumber itu meliputi blog, laman website, novel sejarah serta komik sejarah.


Dalam paparan Abrar, penggunaan sumber website harus diperhatikan dengan baik. "harus jelas siapa yang membuat, tujuan pembuatan situs serta konten situs itu sendiri", ujarnya.


Selain sumber tulisan di atas, Hasmi kemudian membahas keberadaan novel sejarah. Sebagai sebuah karya sastra, novel juga dapat menjadi sumber sejarah. Saat membacanya, tanpa disadari informasi kesejarahan yang terkait dengan emosi cerita, menjadi bagian tak terpisahkan dan dengan sendirinya menambah pengetahuan sejarah. Lewat novel juga kita bisa disuguhi kondisi zaman tertentu yang memberi informasi sejarah yang penting bagi sebuah sejarah lokal.


Hasmi menambahkan bahwa terdapat kriteria khusus bagaimana sebuah karya novel sejarah harus didudukkan dalam pembelajaran sejarah. "seorang guru, harus bisa mereview dan memisahkan mana yang fakta sejarah dan mana yang bukan", tuturnya.


Kegiatan P2M ini merupakan kerjasama tahun kedua sebagai rangkaian kegiatan P2M Prodi Pendidikan Sejarah yang sudah berlangsung sejak 2019. (Hum)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X