Data eksperimental mereka menunjukkan Sars-Cov-2 bisa menjadi virus paling elastis secara fisik yang pernah dikenal manusia sejauh ini, dan deformasi berulang tampaknya juga tidak memengaruhi keseluruhan struktur dan konten di dalam virus.
“Sifat mekanis dan penyembuhannya sendiri dapat memastikan adaptasi terhadap berbagai keadaan lingkungan,” kata Kellermayer dan rekannya.
Ilmuwan China memperkirakan bahwa Sars-CoV-2 memiliki 26 protein lonjakan di permukaannya yang dapat mengikat dengan sel inang. Para peneliti di Universitas Cambridge di Inggris memberikan perkiraan yang sama yaitu 24. Sebuah studi oleh para peneliti di Institut Max Planck di Jerman menghasilkan 40.
Kellermayer mengatakan ada 61 lonjakan pada spesimen mereka. Ini memberi kesan bahwa variabilitas struktur virus bisa lebih besar daripada yang diperkirakan, kata mereka.
Mereka menusuk protein lonjakan dengan jarum dan menemukan bahwa protein itu berayun dengan cepat pada frekuensi tinggi. Kamera atom dapat mengambil lebih dari 300 bidikan dalam satu detik tetapi masih hanya mendapatkan gambar paku yang buram.
Gerakan berkecepatan tinggi seperti itu dapat membantu virus lebih mudah menemukan dan menghubungkan ke sel inang, menurut para peneliti.
Sebuah studi oleh ilmuwan Prancis pada bulan April menemukan bahwa virus tersebut dapat bereplikasi di sel hewan setelah terpapar suhu 60 derajat Celcius selama satu jam. Wabah besar-besaran di beberapa negara pada musim panas belahan bumi utara juga menunjukkan bahwa suhu tinggi tidak memperlambat penyebaran pandemi seperti yang diharapkan sebelumnya.
Kellermayer dan koleganya memanaskan partikel virus hingga 90 derajat selama 10 menit dan menemukan bahwa "secara luar biasa, penampilan global mereka hanya sedikit berubah".
Beberapa duri terlepas di bawah panas yang menyengat, tetapi struktur keseluruhan tetap utuh.
"Virion Sars-CoV-2 menampilkan stabilitas termal global yang tidak terduga, yang kemungkinan terkait dengan aerosol dan stabilitas permukaan," kata mereka.
Sumber: SCMP.com