(KLIKANGGARAN)--Ukuran rata-rata populasi satwa liar telah anjlok lebih dari dua pertiga dalam waktu kurang dari 50 tahun karena deforestasi dan konsumsi berlebihan yang merajalela, kata para ahli pada Kamis, sebagai peringatan keras untuk menyelamatkan alam sekaligus menyelamatkan diri kita sendiri.
Aktivitas manusia telah sangat merusak tiga perempat dari seluruh daratan dan 40 persen lautan di bumi, dan percepatan perusakan alam kemungkinan besar memiliki konsekuensi yang tak terhitung pada kesehatan dan mata pencaharian, World Wildlife Fund (WWF) mengatakan dalam Laporan tahunan Living Planet.
Baca juga: Trump Tahu Virus Corona ‘Mematikan’, tetapi Meremehkannya: Buku Woodward
The Living Planet Index, yang melacak lebih dari 4.000 spesies vertebrata, memperingatkan bahwa peningkatan penggundulan hutan dan ekspansi pertanian adalah pendorong utama di balik penurunan rata-rata 68 persen populasi antara tahun 1970 dan 2016.
"Ini adalah penurunan akselerasi yang telah kami pantau selama 30 tahun dan terus mengarah ke arah yang salah," kata Direktur Jenderal Internasional WWF Marco Lambertini kepada kantor berita AFP.
“Tahun 2016 kita mendokumentasikan penurunan 60 persen, sekarang turun 70 persen.
"Semua ini dalam sekejap mata dibandingkan dengan jutaan tahun yang telah dihuni banyak spesies di planet ini," tambah Lambertini.
Laporan tersebut, sebuah kolaborasi antara WWF International dan Zoological Society of London, memperingatkan bahwa hilangnya habitat alami secara terus menerus meningkatkan risiko pandemi di masa depan karena manusia semakin dekat untuk melakukan kontak dengan hewan liar.
Baca juga: Ormas di Garut Cetak Uang Sendiri dan Ubah Lambang Garuda Pancasila
Kejatuhan 'mengejutkan'
Setengah dekade terakhir telah menyaksikan pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang didukung oleh ledakan konsumsi sumber daya alam global.
Jika hingga tahun 1970, jejak ekologi manusia lebih kecil dari kapasitas Bumi untuk meregenerasi sumber daya, WWF sekarang menghitung manusia telah menggunakan kapasitas planet secara berlebihan hingga lebih dari setengahnya.
Laporan tersebut, dengan kontribusi dari sekitar 125 ahli, mengatakan bahwa dari lebih dari 4.000 spesies vertebrata yang diteliti, yang hidup di air tawar mengalami penurunan 84 persen.
Satwa liar lain yang terkena dampak parah termasuk gorila dataran rendah bagian timur di Republik Demokratik Kongo dan burung beo abu-abu Afrika di Ghana.