Masihkah Kita Solider pada Masa Soliter?

photo author
- Senin, 4 Mei 2020 | 15:24 WIB
IMG_20200504_151307
IMG_20200504_151307


(KLIKANGGARAN)--Sudah dua bulan lebih wabah covid 19 ini bercokol di bumi nusantara yang tercinta ini. Dampaknya sungguh luar biasa. Semua sektor kehidupan menjadi terpuruk. Keganasan virus ini memaksa warga untuk bersikap soliter atau mengahruskan berada dirumah dan tidak bersosialisasi di dunia nyata jika tidak ada keperluan  mendesak.  Selain itu, wabah ini membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat hingga Jumat (10/4/2020), sudah ada 1,506 juta masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 10% di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan 90% dirumahkan oleh perusahaan masing-masing. Itu data pada bulan April jadi sekarang pasti bertambah lagi jumlah penganggurannya.


Dampak langsung dari mereka yang kehilangan pekerjaan jelas menimbulkan kemiskinan baru karena ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan primer seperti makan dan bayar kontrakan. Cerita- cerita menyayat hati berseliweran dimuat dimedia yang mengetuk rasa seliderisme kita. Sebut saja cerita yang datang dari kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Waktu rombongan pak polisi dan TNI datang menjenguk dua beradek Daulana dan Rohima yang sudah dua hari tidak makan ini langsung bertanya 'bapak bawa nasi, kami lapar. Kondisi dua orang kakak beradik itu kurus kering, bahkan salah satunya tergeletak lemah di tempat tidur.


Ditambah lagi dengan kisah dari seorang mantan kurir ekspedisi di Srengseng Jakarta Barat karena  terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena pandemi Covid-19, JT (27) nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di pintu kamar rumah kontrakannya.


Selain itu adalagi kisah seorang ibu di Serang Banten yang meninggal dunia karena tidak mampu beli beras dan kelaparan selama berhari-hari dan kisah pilu lainnya.


Ditengah kondisi seperti itu tersiar kabar pemerintah mengizinkan kedatangan 500 TKA dari Cina di Sulawesi Tenggara. Mereka rencananya akan bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel di Sulawesi Tenggara. Padahal di Sultra sendiri sudah banyak terdapat karyawan yang diPHK dan wilayah itu juga masuk kategori Zona Merah Covid-19.


Sungguh ironi, kementerian Ketenagakerjaan mengaku tidak bisa menolak kedatangan 500 TKA yang telah diajukan dua perusahaan nikel tersebut karena hal itu telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM nomor 11 tahun 2020 pasal 3 ayat (1) huruf f dimana menyebut orang asing yang akan bekerja pada proyek strategis nasional tidak dilarang masuk Indonesia selama pandemi Covid-19.


Hal ini sontak menimbulkan reaksi sebab warga negara Indonesia diminta disiplin untuk #dirumahaja saat PSBB. Dilarang mudik. Tidak boleh naik pesawat. Diancam penjara dan denda jutaan. Lha,.. ini malah... Piye yo iki


Kejanggalan yang lain adalah persoalan minyak. Sebagaimana yang diberitakan adalah harga minyak dunia ini saat ini turun akibat wabah covid yang melanda dunia.  Harga minyak dunia jatuh $20/barel.


Hitungannya gini.


Harga minyak dunia $20/barel


1 barel = 159 liter


1 liter = $0.125


1$ = Rp 16.000


$0.125 = Rp 2000

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X