JAKARTA – Sejak pandemi mulai muncul, masyarakat kita diimbau agar berjemur di bawah sinar matahari untuk mencegah penularan virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Apakah imbauan itu benar?
Hasil penelitian Department of Homeland Security (DHS) Amerika Serikat bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lembaga federal lainnya, dan pakar kesehatan menunjukkan bahwa secara umum kelangsungan hidup virus corona (covid-19) cenderung lebih tinggi pada suhu yang lebih rendah.
MAKI Praperadilan, Jika KPK Tak Tetapkan Tersangka Lain OTT Muara Enim
Berikut ini adalah perincian fakta ketahanan SARS-CoV-2 pada berbagai lingkungan atau kondisi berdasarkan hasil penelitian DHS.
Pertama, SARS-CoV-2 atau lebih dikenal dengan Covid-19, dapat bertahan pada permukaan selama minimal 3 hari dan pada permukaan masker bedah hingga 7 hari tergantung kondisi.
Sedangkan di udara bebas atau aerosol, SARS-CoV-2 bisa bertahan selama beberapa jam.
Ramadhan selama coronavirus: dokter Muslim mempertimbangkan apakah akan berpuasa
Kedua, SARS-CoV-2 dapat bertahan pada permukaan plastik dan logam antara tiga hari dalam suhu 21-23 derajat Celcius dan kelembapan udara (relative humidity/RH) 40 persen, dan tujuh hari dengan suhu 22 derajat Celcius dan RH 65 persen.
Ketiga, SARS-CoV-2 lemah terhadap suhu panas (70 derajat Celcius), sebaliknya dapat bertahan selama setidaknya dua minggu pada suhu dingin (4 derajat Celcius).
Keempat, di udara bebas, SARS-CoV-2 bisa bertahan hingga 2,7 jam.
Jika dibandingkan dengan jenis virus corona lainnya yakni SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), MHV (Mouse Hepatitis Virus), kedua virus ini dapat bertahan pada permukaan yang tidak berpori hingga 9-10 hari, dan permukaan berpori hingga 3-5 hari di lingkungan bersuhu 20-25 derajat Celcius dengan RH 40-50 persen.
Kemudian, SARS dapat bertahan dengan infektivitas jejak hingga 28 hari pada suhu dingin (4 derajat Celcius) di permukaan benda.
Pada permukaan berpori, termasuk kertas dan kain katun, SARS bertahan dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan permukaan yang tidak berpori.
Presiden Joko Widodo pun menilai informasi ini menjadi kabar gembira bagi Indonesia.