Bentuk Politik Dinasti Jokowi, Citra Buruk Bagi Demokrasi Indonesia

photo author
- Sabtu, 14 Maret 2020 | 02:20 WIB
Presiden-Jokowi-Jaga-Pertumbuhan-Positif-Pariwisata-Bali
Presiden-Jokowi-Jaga-Pertumbuhan-Positif-Pariwisata-Bali


Jakarta,Klikanggaran.com - Suhu perpolitikan tanah air mulai ramai menjelang pilkada serentak tahun 2020. Dari 270 daerah yang akan mengadakan pilkada dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.


Menariknya, pada Kota Medan, justru mendapatkan perhatian khusus dari Direktur Eksekutif TSJ Circle, Tamil Selvan, yang turut mengomentari rencana menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, maju dalam Pilkada Kota Medan tahun 2020. Selain itu, Tamil Selvan juga menyoroti tiga mantan Walikota Medan yang secara berturut-turut menjadi tahanan KPK saat menjabat. Mulai dari Abdillah, Rahudman Harahap, dan kini Dzulmi Eldin. Perhatian ini makin menjurus ketika menantu Jokowi, Bobby Nasution dikabarkan akan mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Medan.


Menanggapi hal tersebut, Tamil Selvan, mengatakan bahwa ini adalah bentuk politik dinasti Jokowi, dan ini merupakan citra buruk bagi demokrasi Indonesia.


"Sejak reformasi, belum pernah ada anak atau menantu presiden maupun wakil presiden yang maju pilkada ketika orang tuanya masih menjabat resmi (sebagai presiden/wakil presiden). Walaupun Pak Jokowi menepis, tapi ini pure bentuk politik dinasti, sebab predikat Jokowi sebagai presiden melekat pada Bobby dan saya kira Bobby hanya mengandalkan nama besar Jokowi sebagai mertuanya. Ini tentu menjadikan kompetisi menjadi tidak sehat," ungkap Direktur Eksekutif TSJ Circle ini, melalui keterangan tertulisnya pada Klikanggaran.com, Jumat (13-3).


Pria yang akrab disapa Kang Tamil ini menjelaskan, bahwa predikat itu tidak bisa dipisahkan antara Jokowi secara pribadi dan Jokowi sebagai Presiden.


"Predikat sebagai presiden itu melekat. Maka ketika pilpres saya juga pernah bersuara agar menjaga Fairness competition, saya minta Jokowi untuk mundur. Sama halnya dengan Pilkada Kota Medan, dengan munculnya Bobby sebagai calon walikota, maka secara langsung ataupun tidak dengan predikatnya sebagai menantu presiden, banyak pengaruh dan prilaku para pemangku jabatan publik yang akan menguntungkan dirinya dan hal ini tidak didapat calon lain. Ini yang saya katakan tidak fair," jelas Kang Tamil


Kang Tamil mengatakan Walikota sebenarnya di Medan adalah golput, sebab angka golput Kota Medan pada pilkada 2015, tertinggi yaitu 74%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat tidak memiliki kepercayaan kepada para penyelenggara pemerintahan di Kota Medan. Hal ini dinilai cukup berat bagi Bobby yang baru berusia 20-an.


"3 Walikota secara berturut-turut ditangkap KPK, ditambah tingginya angka golput di Kota Medan. Bagi saya Walikota Medan adalah golput. Jadi dengan kondisi seperti ini, saya kira Kota Medan ini cukup berat bagi Bobby dengan usianya yang baru 28 tahun, dan belum memiliki pengalaman apapun. Sebagai seorang walikota yang menjadi eksekutor dari tepatnya sasaran-sasaran anggaran yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat, saya kira Kota Medan bukan tempat untuk ajang coba-coba bagi Bobby yang hanya mengandalkan nama besar Jokowi," kata Kang Tamil.


Lebih lanjut Kang Tamil mengatakan bahwa secara undang-undang setiap warga negara berhak memilih dan dipilih, namun Bobby perlu membuktikan kelayakan dirinya sebagai pemimpin di Kota Medan.


"Secara undang-undang, tentu pencalonan Bobby di jamin oleh negara. Namun Bobby perlu membuktikan dirinya. Apakah selama ini Bobby pernah bersuara mengenai permasalahan yang ada di Kota Medan? Hal ini penting untuk membuktikan bahwa apakah Bobby mengerti tentang solusi yang dibutuhkan Warga Kota Medan, sehingga menjadikan dirinya menarik untuk dipilih," lanjut Kang Tamil.


Lebih lanjut terkait Kota Medan, Kang Tamil menjelaskan bahwa perlu ada grand design nasional di Kota Medan, yang melibatkan para profesional ditingkat nasional untuk mencari solusi bagi kompleksitas permasalahan yang ada di Kota Medan, dan dapat dijadikan prototipe secara nasional.


"Kota Medan ini merupakan miniatur Indonesia, sehingga saya kira tidak berlebihan jika perlu diadakan sebuah grand design untuk memecahkan masalah-masalah di Kota Medan, antaranya Korupsi, Keamanan, Ketimpangan Sosial, dan kemudian hal ini bisa dijadikan bahan kajian prototipe secara nasional," tutup Kang Tamil.


Diketahui bahwa Istana memiliki 3 calon yang akan ikut berkompetisi. Dari pihak Jokowi ada anaknya Gibran Rakambuming Raka yang mencalonkan diri di pilkada Kota Solo, dan menantunya, Bobby Nasution, yang akan maju pada pilkada Kota Medan. Sementara dari Kota Tangerang Selatan, ada Siti Nur Azizah, anak wakil presiden, Ma'ruf Amin. 


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.J. Putra

Tags

Rekomendasi

Terkini

X