Sri Mulyani Beberkan Kerugian Tujuh BUMN, Perum Bulog Salah Satunya

photo author
- Selasa, 3 Desember 2019 | 00:37 WIB
images (4)
images (4)


Jakarta,Klikanggaran.com - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani 
Indrawati, memaparkan alokasi dan realisasi Penyertaan Modal Negara (PMN) terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Nyatanya,meski negara terus mengalokasikan anggaran ke perusahaan-perusahaan pelat merah, masih banyak yang mencatatkan kinerja merah dalam laporan keuanggannya.


Secara keseluruhan, hingga akhir tahun 2018, terdapat tujuh BUMN yang dilaporkan rugi. Jumlah tersebut meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sejumlah 3 BUMN, dan hal tersebut dibenarkan Sri Mulyani.


"2015 ada 33 BUMN yang laba, 8 rugi. 2016 tetap, 2017 yang laba naik jadi 38 dan rugi turun ke 3 dan 2018 turun lagi, yang laba 34 dan rugi tujuh," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (2-12).


Dalam pemaparannya, Sri Mulyani, menuturkan bahwa ketujuh perusahaan pelat merah tersebut adalah PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog dan PT Krakatau Steel.


Dia pun bahkan menjabarkan sejumlah persoalan yang menyebabkan kerugian terhadap tujuh BUMN tersebut.


PT Krakatau Steel yang merugi akibat beban keuangan selama konstruksi, PT Dok Kodja Bahari memiliki beban administrasi dan umum yang terlalu tinggi yakni 58 persen, Perum Bulog mengalami kerugian karena terdapat kelebihan pengakuan pendapatan atas penyaluran Rastra sehingga Bulog harus melakukan pembebanan koreksi pendapatan di tahun 2018.


Sedangkan PT Dirgantara Indonesia atau PT DI, merugi karena pembatalan kontrak dan order tidak mencapai target. Untuk  PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani,  dikatakannya merugi akibat inefisiensi bisnis, beban bunga dan perubahan kebijakan pemerintah dalam mekanisme pengadaan benih. Sementara itu, PT PAL merugi akibat meningkatnya beban lain-lain hingga tiga kali lipat akibat kerugian nilai tukar dan kerugian entitas asosiasi.


Namun demikian, Sri Mulyani  mengatakan bukan tugas Kementerian Keuangan melihat secara khusus kerugian perseroan sebagai beban bagi anggaran, sebab BUMN juga ditugasi untuk memberikan dampak ekonomi secara makro dan keseluruhan. Oleh sebab itu, peranan tujuh BUMN rugi tersebut masih memberikan nilai tambah bagi ekonomi makro.


"Kita tekankan dari sisi kinerja perusahaan dan ekonomi pembangunan. Dengan penambahan PMN selama 2015-2018 sebesar Rp 130,39 triliun dapat mendanai total proyek senilai Rp 365 triliun. Jadi value for money dihitung dari leveraging dari setiap rupiah yang ditanamkan telah menghasilkan 2,72 kali nilai proyek," tandasnya.


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.J. Putra

Tags

Rekomendasi

Terkini

X