PARK and RIDE MRT Jakarta Semrawut, Kata YLKI

photo author
- Sabtu, 13 Juli 2019 | 10:00 WIB
Park and Ride
Park and Ride






Jakarta, Klikanggaran.com (13-07-2019) - Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengungkapkan study analisisnya terhadap semrawutnya PARK and RIDE MRT Jakarta. Jelas sekali, semrawutnya keadaan tersebut berpengaruh terhadap sektor pelayanan publik dalam memenuhi kenyamanan dan keamanan konsumen.





"Pada hari Ahad (07/07/19) saya bersama keluarga menaiki MRT Jakarta, dari arah stasiun Lebak Bulus sampai dengan stasiun Bundaran HI, pergi pulang. Kendaraan roda empat saya parkir di area park and ride Lebak Bulus," ujar Tulus pada Klikanggaran.com, Sabtu (13/7/2019).





Dikatakan Tulus, sebenarnya ada beberapa catatan terkait hal ini, yakni 5 poin mendasar terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen sebagai berikut:





  1. Park and ride Lebak Bulus masih dikelola seadanya, tak ada unsur kenyamanan dan rasa aman bagi konsumen, walau konsumen membayar Rp5.000 per sekali masuk. Park and ride dikelola amatiran. Di area park and ride berdiri bedeng-bedeng yang mengesankan kumuh, untuk jualan, dan toilet berbayar dikelola seadanya.
  2. Jarak antara lokasi park and ride dengan stasiun MRT terlalu jauh, lebih dari 1.5 km. Untuk ukuran orang Jakarta yang masih tergolong malas jalan kaki, jarak yang jauh akan mengakibatkan malas pula menggunakan MRT.
  3. Selain itu, dari lokasi park and ride harus menyeberangi jalan utama yang menikung, dari arah Pondok Indah dan Jl. TB. Simatupang. Tragisnya, untuk menyeberang sama sekali tidak disediakan JPO, zebra cross/sejenisnya, dan atau petugas yang membantu menyeberangkan pejalan kaki. Ini jelas sangat membahayakan masyarakat yang akan menggunakan MRT dan atau Trans Jakarta.
  4. Jarak park and ride yang jauh itu juga tidak dilengkapi dengan canopy untuk melindungi calon konsumen dari panas terik matahari, polusi udara, dan risiko hujan deras.




“Aneh bin ajaib…,” katanya.





  1. Managemen MRT juga tampak kedodoran dalam penjualan ticketing saat peak season.




“Saat itu saya dan konsumen lain harus antri satu jam untuk mendapatkan tiket. Kondisi sebelum ruang tunggu stasiun cenderung semrawut, kumuh dan kotor. Tampak dengan jelas managemen MRT masih panik saat terjadi lonjakan penumpang. Dan, ironisnya, tidak ada petugas yang mengarahkan. Penumpang pun tampak bingung saat akan refund untuk tiket single trip. (MJP)






Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X