Jakarta, Klikanggaran.com (06-03-2019) - Untuk kedua kalinya PT Pertamina (persero) harus menanggung beban atas pengadaan pronane dan butane yang lebih mahal sebesar USD493,690.00. Sehingga, publik mencurigai, ada masalah yang sengaja ditutupi oleh PT Pertamina terkait pengadaan (pembelian) propane dan butane dari tahun ke tahun.
Gambaran pengadaan propane dan butane oleh PT Pertamina seolah tak pernah berjalan mulus. Seperti selalu ada masalah yang menimpa perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atas pengadaan tersebut.
Untuk kasus kali ini terjadi pada tahun mundur yaitu tahun 2015, namun dalam pengadaan yang sama. Ditemukan penunjukan Total Trading Asia (Totsa) untuk pengadaan propane dan butane, yang menyimpang atau menyalahi syarat dan ketentuan pengadaan. Sehingga inilah yang menjadikan PT Pertamina (persero) harus membayar lebih mahal lagi, dengan angka yang sudah disebutkan di atas.
Ada beberapa penyebab, kenapa permasalahan ini bisa terjadi:
Pertama, Panitia Pelelangan diduga tidak mematuhi syarat dan ketentuan loading laycan pada bid invitation yang dikirimkan kepada supplier.
Kedua, Panitia Pelelangan tidak cermat dalam melakukan pembandingan harga penawaran dengan mengabaikan perbedaan perkiraan harga dasar yang berbeda waktu di antara sesama peserta pengadaan.
Ketiga, SVP ISC lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian proses pengadaan lingkungannya.
Selain itu, untuk diketahui publik, bahwa SVP ISC atau Senior Vice President Integrated Supply Chain merupakan kedudukan di direktorat yang sangat penting di BUMN migas.
Intinya dalam permasalahan pengadaan kali ini, dapat disimpulkan bahwa perencanaan loading laycan dengan FOB (Freight On Board) Mid East adalah 06-10 April 2015 dengan tujuan Kalbut, Situbondo. Jika lifting dilakukan pada 29-30 Maret 2015, maka ADD dapat berubah menjadi 12-14 April 2015 (estimasi).
Kondisi ini tentu mengubah aktivitas lifting LPG lainnya untuk bulan April 2015 tujuan Kalbut, dan mengubah rencana penggunaan kapal Pertamina Gas 2.
Kemudian, Panitia Pelelangan dalam undangan pengadaan menginformasikan bahwa base price harus berdasarkan CP Aramco pada bulan loading. Mengacu pada rencana loading laycan tanggal 6-10 April 2015, maka base price menggunakan acuan CP Aramco bulan April 2015.
Totsa sendiri menggunakan CP Aramco bulan Maret 2015 dengan alasan bahwa harga yang ditawarkan hanya berlaku jika lifting dilakukan pada bulan Maret 2015. Sementara penawaran yang lain menggunakan CP Aramco bulan April 2015. Perbandingan CP Aramco pada Publikasi Platts untuk bulan Maret dan April 2015 menunjukkan kecenderungan harga menurun lebih besar.
Dan terakhir, Panitia Pelelangan tidak melakukan evaluasi penawaran dari peserta yang memenuhi syarat delivery term. Jika mengevaluasi penawar ranking 2, Sietco memberikan penawaran dengan loading laycan 1—30 April 2015 dengan harga CP Aramco bulan April 2015 dengan alpha di atas HPS, yaitu dengan discount USD2.50/MT (minusUSD2.50).
Namun demikian, meskipun harga yang ditawarkan melebihi HPS, keuntungannya adalah, Pertamina tidak perlu membuat berbagai perubahan rencana lifting LPG (Liquified Petroleum Gas) bulan April 2015. Selain itu, hasil perhitungan atas penawaran Sietco diperoleh harga yang lebih murah sebesar USD493,690.
Atas permasalahan di atas, Klikanggaran.com sudah menghubungi Syahrial Mukhtar, Corporate Secretary of PT Pertamina (Persero), untuk meminta klarifikasi. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada respon dan klarifikasi.
Baca juga : Pertamina dan NIOC Bermasalah dalam Pengadaan Propane dan Butane, Benarkah?