Pertamina dan NIOC Bermasalah dalam Pengadaan Propane dan Butane, Benarkah?

photo author
- Jumat, 1 Maret 2019 | 09:01 WIB
Pertamina
Pertamina

Jakarta, Klikanggaran.com (01-03-2019) - Untuk diketahui, PT Pertamina (persero) pernah menanggung beban sebesar USD1.392.750.662. Hal ini karena hilangnya kesempatan mendapatkan kargo pengganti dengan harga yang terbaik bagi perusahaan.

Permasalahan ini bermula dari saat NIOC tidak dapat memenuhi kargo propone dan butane untuk nominasi pada bulan Januari 2017. Sehingga yang terjadi malah membebani perusahaan minyak milik Badan Usaha Milik Negara ini.

NIOC sendiri adalah kepanjangan dari National Iranian Oil Company, atau Perusahaan Minyak Iranian Nasional. Kargo propone dan butane, merupakan salah satu produk milik NIOC yang akan dibeli oleh PT Pertamina (persero). Kuantitas kargonya sebanyak 4 x 44.000 MT, dengan bentuk kerja sama.

Dari dokumen yang diterima Klikanggaran.com diketahui, kerja sama tersebut dituangkan dalam LPG Sales Contract antara Pertamina dan NIOC, dengan PMO-ET/5068/LP/2016 tanggal 2016 lalu. Periode kontrak dimulai pada Januari sampai dengan 31 Desember 2017. Selain itu, pengadaan LPG dalam bentuk propane dan butane tersebut dilakukan secara FOB atau Free On Board.

Sebenarnya, sampai pada Semester I atau tahun 2017, Pertamina telah merealisasikan pembelian kargo propane dan butane dari NIOC sebanyak 4 x 44.00 MT. Namun, PT Pertamina dinilai publik seolah sedang membunyikan sesuatu. Di mana ternyata, masih dari dokumen yang diterima Klikanggaran.com, diketahui realisasi nominasi lifting impor propane dan butane pada bulan Januari 2017 tidak sesuai dari rencana. Penyebabnya antara lain adalah:

Pertama, PT Pertamia memperoleh kompensasi harga sebesar USD3,577,320.82 karena mundurnya jadwal pengiriman propane dan butane dari NIOC untuk nominasi Januari 2017. Pertamina, seharusnya membayar NIOC sesuai dengan tanggal realisasi loading (Februari 2017), dengan harga sebesar USD21.550.860.12. Tetapi, NIOC menagihkan sesuai dengan harga pada bulan nominasi (Januari) sebesar USD17.973.539.

Kedua, untuk mengantisipasi stok kritis dan mendesaknya kebutuhan propane dan butane di STS Kalbut dan depot-depot akibat batalnya jadwal suplai oleh NIOC yang semula dinominasikan bulan Januari, Pertamina harus melakukan split kargo dan pengadaan kargo tambahan. Dari hasil negosiasi pengadaan kargo tambahan diketahui bahwa Pertamina tidak berhasil mengubah formula harga dari penawaran mitra usaha agar sesuai dengan GTC Pertamina. Jumlah pembayaran yang harus dikeluarkan Pertamina adalah sebesar USD39.660.604.95.

Ketiga, dengan memperhitungkan perolehan kompensasi harga dari NIOC sebesar USD3.577.320.82, Pertamina malah mendapatkan kargo pengganti/ split dengan harga yang lebih mahal, yaitu sebesar USD1.392.750.662.

Atas permasalahan di atas, Klikanggaran.com sudah menghubungi Syahrial Mukhtar, Corporate Secretary of PT Pertamina (Persero), dan Arya Dwi Paramita, Media Communication Manager Pertamina, untuk meminta klarifikasi. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada respon dan klarifikasi.

Baca juga : Timnas Juara AFF, Pertamina Malah Merugi?

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Heryanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

X