Jakarta, Klikanggaran.com (31-07-2018) - International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan gas global akan tumbuh rata-rata 1,6% per tahun dalam lima tahun ke depan. Sehingga industri gas diperkirakan dapat tumbuh tajam, ditambah produksi berbiaya rendah dari AS dan meningkatnya permintaan dari Asia ikut mendorong peningkatan tersebut.
Kendati demikian, industri gas perlu modal besar dengan menginvestasikan miliaran dolar AS untuk infrastruktur Liquefied Natural Gas (LNG) yang baru.
Hal ini pun digadang-gadang sebagai masa emas industri gas dunia. Mengingat saat ini dunia sudah mulai beralih mengkonsumsi bahan bakar tidak ramah lingkungan seperti minyak mentah dan batu bara, sehingga beralih ke gas alam.
Indonesia pun mau tak mau harus memperkuat infrastruktur gas bumi guna meraih peluang yang ada itu. Hal ini terkait pernyataan IEA dalam acara diskusi bertema What Next for The Asia Pacific Gas Market di arena World Gas Conference (WGC) 2018, di Washington DC, Rabu (27/6).
Secara jangka panjang, IEA menyatakan pasar gas global akan menghadapi tantangan dan persaingan biaya di pasar negara berkembang.
WGC merupakan kegiatan 3 tahunan yang diselenggarakan oleh negara yang memegang tampuk kepemimpinan dalam International Gas Union.
WGC dihadiri oleh pemimpin berpengaruh bidang energi, pejabat eksekutif raksasa energi global, seperti Exxon Mobil Corp., BP Plc., Total, pejabat senior dari Departemen Luar Negeri AS, dan biro energi, serta sejumlah Menteri Energi dari produsen dan konsumen migas seperti Argentina dan Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, memprediksi bahwa penggunaan gas sebagai sumber energi primer semakin meningkat. Di Indonesia, peningkatan konsumsi gas diprediksi mencapai 6%—7% per tahun, atau di atas pertumbuhan ekonomi.
Menteri Jonan sebagai pembicara utama dalam acara tersebut optimistis Indonesia tak harus menjadi importir gas pada masa depan. Menyusul ditemukannya sumur gas baru seperti di laut dalam Selat Makassar dan Blok Masela di Maluku.
Dua sumber gas baru tersebut akan mematahkan prediksi IEA bahwa Indonesia akan menjadi net importir gas pada 2040. Nantinya, Masela akan memproduksi gas 1,2 juta kaki kubik per hari dan IDD 1.000 kaki kubik per hari.
Pada Blok Masela, Inpex, dan Shell bertindak sebagai operator dan diperkirakan akan memulai produksi pada 2027. Adapun proyek IDD dioperatori oleh Chevron yang akan mulai beroperasi (on stream) pada 2024 dan 2025.