Rupiah Nyungsep 5,7 Persen Sepanjang Tahun 2018

photo author
- Selasa, 17 Juli 2018 | 10:32 WIB
images_berita_2018_Jun_IMG-20180717-WA0029
images_berita_2018_Jun_IMG-20180717-WA0029

Jakarta, Klikanggaran.com (17-07-2018) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun ini terus tergerus. Sri Mulyani pun disinyalir tak mampu mengatur faktor eksternal dan domestik yang membuat kontribusi terhadap pelemahan rupiah dengan baik.

Bayangkan saja, sepanjang semester pertama 2018, rupiah meringsek turun hingga 5,7 di hadapan dolar AS. Di antara mata uang utama Asia, hanya rupee India yang depresiasinya lebih dalam ketimbang rupiah.

Kalau melihat sebagian besar mata uang Asia yang juga melemah, maka terlihat begitu perkasa dolar AS hingga Greenback menjadi raja mata uang dunia.

Hal ini memang tak lepas dari kebijakan moneter yang diperketat di Negeri Paman Sam itu. Tahun ini, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) diproyeksikan akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Jumlah itu lebih banyak bila dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali.

Paman Sam melakukan kebijakan moneter ketat untuk menghindarkan perekonomian AS dari ancaman overheating. Sementara, data-data perekonomian AS menunjukkan pemulihan sudah semakin terlihat.

Terakhir, penjualan ritel meningkat 0,5% secara month-to-month (MtM) pada Juni 2018, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Reuters. Sementara itu, data penjualan ritel periode Mei 2018 direvisi meningkat sebesar 1,3% MtM dari sebelumnya dibacakan sebesar 0,8% MtM.

Secara tahunan, data penjualan ritel AS Juni 2018 tercatat meningkat 6,6%. Pertumbuhan tahunan sebesar itu merupakan yang tertinggi sejak lebih dari 6 tahun yang lalu.

Di samping itu, data pertumbuhan penjualan ritel inti (komponen penjualan seperti kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, bahan bangunan, dan jasa makanan) tercatat tidak mengalami perubahan signifikan pada Juni 2018. Sedangkan penjualan ritel inti pada Mei 2018 tercatat tumbuh 0,8% MtM dari sebelumnya 0,5% MtM.

Penjualan ritel inti berkorelasi paling dekat dengan komponen pengeluaran konsumen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) AS. Data ini kembali menegaskan bahwa pengeluaran konsumen AS akan terakselerasi lebih cepat di kuartal II-2018, sehingga membuat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pun membaik.

Proyeksi terakhir The Fed pada 16 Juli memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018 sebesar 4,5%. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan proyeksi yang dibuat pada 11 Juli yaitu 3,9%. Jauh lebih cepat dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 2%.

Gubenur The Fed, Jerome Powell, berjanji untuk menjaga perekonomian AS dari ancaman over heating kala dia dilantik menggantikan Janet Yellen. Cara paling ampuh untuk menjaga itu adalah dengan menjangkar ekspektasi inflasi melalui kenaikan suku bunga acuan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Bagus AlFatah

Rekomendasi

Terkini

X